Rabu, 09 Desember 2015

peserta didik dalam hadis



BAB I
PENADHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003, dijelaskan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Abudin nata mengatakan, bahwa peserta didik diartikan dengan orang yang telah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan. Manusia sejak dalam rahim ibu sampai meninggal dunia mengalami proses tumbuh dan berkembangtahap demi tahap. Begitu pula kejadian alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan dala proses setingkat demi setingkat. Tidak ada satu makhluk ciptaan Tuhan di atas dunia ini dapat mencapai kesempurnaan dan kematangan hidup tanpa melalui proses.
Demikian pula pendidikan sebagai salah satu usaha untuk membina dan mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia. Pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas. Pendidikan tidak hanya terbatas pada usaha mengembangkan intelektualitas manusia, melainkan juga mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia untuk menjadi yang sempurna.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud peserta didik dalam hadits?
2.      Bagaimana hadist tentang peserta didik ?
3.      Apa pengertian dari peserta didik ?
4.      Bagaimana sifat-sifat dan karakter dari peserta didik ?
5.      Bagaimana kode etik dari peserta didik ?
6.      Bagaimana syarat-syarat peserta didik ?
C.    Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui dan mengerti hadist tentang peserta didik.
2.      Untuk mengetahui dan mengerti tentang pengertian dari peserta didik.
3.      Untuk mengetahui dan mengerti sifat-sifat serta karakter dari peserta didik.
4.      Untuk mengetahui dan mengerti tentang kode etik dari peserta didik.
5.      Untuk mengetahui dan mengerti tentang syarat-syarat peserta didik.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian peserta Didik
Peserta didik adalah orang yang menuntut ilmu di lembaga pendidikan, bisa disebut sebagai murid, santri ataupun mahasiswa. Dilihat dari segi kedudukannya, anak didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah optimal kemampuan fitrahnya.
Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab disebut dengan Tilmidz ( jamaknya ) adalah Talamidz, yang artinya adalah “murid”, maksudnya adalah “orang-orang yang mengingini pendidikan”. Dalam bahasa arab dikenal juga dengan istilah Thalib, ( jamaknya ) adalah Thullab, yang artinya adalah “mencari”, maksudnya adalah “orang-orang yang mencari ilmu”. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah Saw:
“Siapa yang menuntut ilmu dan mendapatkannya, maka Allah mencatat baginya dua bagian”. (HR. Thabrani)

Namun itu semua tidak terlepas dari keterlibatan pendidik, karena seorang pendidik harus memahami dan memberikan pemahaman tentang dimensi-dimensi yang terdapat didalam diri peserta didik terhadap peserta didik itu sendiri, kalau seorang pendidik tidak mengetahui dimensi-dimensi tersebut, maka potensi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut akan sulit dikembangkan, dan peserta didikpun juga tidak mengenali potensi yang dimilikinya.
Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003, dijelaskan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Abudin nata mengatakan, bahwa peserta didik diartikan dengan orang yang telah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan
Sehubungan dengan itu, samsul nizar[1] memberikan kriteria peserta didik kepada lima kriteria:
1.      Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasatetapi memiliki dunia sendiri.
2.      Peserta didik memiliki periodesasi perkembangan dan pertmbuhan.



3.      Peserta didik adalah makhluk allah yang memiliki perbedaan individu baik di sebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungandimana ia berada
4.      Peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rihani, unsur jasmani memiliki daya fisik dan unsur rohani memiliki daya akal, hati nurani dan nafsu.
5.      Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis.
Sementara di pihak lain, Oemar Hmalik mengemukakan beberapa aspek yang perlu diketahuiuntuk mengenal peserta didik.
a.       Latar belakang masyarakat.
b.      Latar belakang keluarga.
c.       Tingkat inteligensi.
d.      Hasil belajar.
e.       Kesehatan badan.
f.       Hubungan-hubungan antar pribadi.
g.      Kebuthan-kebutuhan emosiional.
h.      Sifat-sifat kepribadian.
i.        Bermacam-macam minat belajar.[2]
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah setiap orang yang meluangkan waktunya untuk belajar kepada seorang pendidik. Peserta didik adalah orang yang berada dalam fase pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik maupun psikis. Dengan demikian ia tidak bisa disamakan dengan orang dewasa yang berukuran kecil karena mempunyai spesifikasi tersendiri.
Rasulullah SAW, sangat memberikan perhatian terhadap pengembangan ilmu pengetahuan. Sehingga ditemukan hadits-hadits yang membicarakan tentang mencari ilmu pengetahuan. Perhatian yang demikian tinggi, karena rasulullah juga menyatakan dirinya sebagai pendidik. Rasulullah lebih mengutamakan majlis orang yang belajar dari pada majlis ahli ibadah. Diantara hadits yang membicarakan tentang peserta didik adalah sebagai berikut.
حدثنا مسدد قال,حدثنا بشر قال, حدثنا ابن عون, عن ابن سبرين, عن عبد الرحمن بن ابي بكرة عن ابيه ... قال النبي, "من يرد الله به خيرا يفقهه الله وانما العلم بالتعلم." (رواه
[3](يالبخار
Artinya : menceritakan kepada kami musaddad, berkata menceritakan kepada kami bysr, ia berkata, menceritakan kepada kami ibn ‘aub, dari ibn sirin, dari abdurrahman ibn abu bakrah dari ayahnya. Nabi SAW bersabda, “ barang siapa dikehendaki baik dari allah, maka ia dikaruniai kepahaman agama. Sesungguhnya ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar.(HR. Bukhari)
حدثنا الحميد قال, حدثنا سفيان قال, حدثني اسماعيل بن ابى خالد على غير ما حدثناه نبيزهري قال, سمعت بن قيس بن ابي حازم قال, سمعت عبد الله بن مسعودقال, قال النبي صلى الله عليه وسلم," لاحسد إلا في اثنتين: رجل اتاه الله ما لا فسلط على هلكته في [4]الحق, ورجل اتاه الله الحكمة فهويقضى بها ويعلمها." (رواه البخاري)الحق,

Artinya : menceritakan kepada kami humaid, ia berkata, menceritakan kepada kami sufyan, ia berkata, menceritakan kepadaku isma’il ibn abu khalid atas selain yang kami ceritakan olehnya al-zuhriy, ia berkata, “ aku mendengar ibn qais ibn abu hazim, ia berkata, aku mendengar ‘abdullah ibn mas’ud berkata, nabi SAW bersabda,” tidak boleh iri hati kecuali dua hal, yaitu seorang laki-laki yang diberi harta oleh allah lalu harta itu di kuasakan penggunaannya dalam kebenaran, dan seorang laki-laki di beri hikmah oleh allah dimana ia memutuskan perkara dan mengajar dengannya.” (HR. Bukhari)                                                                                       
,حدثنى ابن ابي مليكة,قال,اخبرنا نافع بن عمر, ابى مرية قال حدثنا سعيد بن
النبي صلى الله ,ان عائشة زوجة,حدثنى ابن ابي مليكة,قال,عمر,اخبرنا نافع بن,
[5](البخارىكانت لاتسمع شيئا إلا راجعت فيه جتى تعرفه ... (رواه,وسلم


Artinya : menceritakan kepada kami sa’id ibn abi maryam, ia berkata, memberitakan kepada kami na’fi ibn umar, ia berkata, menceritakan kepadaku ibn abu mulaikah, bahwasanya ‘Aisyah istri Nabi SAW, tidak pernah mendengar sesuatu yang tidak diketahuinya melainkan ia mengulangi lagi sehingga ia mengetahuinya benar-benar (HR. Bukhari).


____سعيد حدثني,قال الليث حدثني,قال حدثني,حدثنا عبد الله بن يوسف قال
,ئذن لي ايها الامير,, الى مكةانه قال لعمروبن سعيد ___ وهويبعث المبعوث
احدث قولا قام به النبي صلى الله عليه وسلم الغدمن يوم الفتح, سمعته اذناي, ووعاه
قلبي, وابص
رته عيناي, حين تكلم به حمد الله واثنى عليه, ثم قال, " ان مكة حرمها الله
ولا يحرمها للناس, فلا يحل لأمرىء يؤ من بالله واليوم الاخر ان يسفك دما, ولا يعضد
بها شجرة, فإن احد ترخص لقتال لرسوا الله صلى الله عليه وسلم فيها سلعة من نهار,
[6]ثم عادت حرمتها اليوم كحرمتها بالأمس, وليبلغ الشاهد الغائب." (رزاه البخارى).


Artinya : menceritakan kepada kami ‘Abdullah ibn yusuf, ia berkata, menceritakan kepadaku laits, ia berkata, menceritakan kepadaku sa’id dari abu suraih, bahwanya ia berkata, kepada amr bin sa’id, ketika ia mengirim pasukan ke makkah, “izinkanlah saya wahai amir untuk menyampaikan kepadamu suatu pekerjaan yang di sabdakan nabi SAW. Pada pagi hari pembebasan (mekah). Sabda beliau itu terdengar oleh kedua telinga saya, dan hati saya memeliharanya, serta dua mata saya melihat ketika beliau menyabdakannya. Beliau memuja allah dan menyanjungNya, kemudian beliau bersabda, “sesungguhnya makkah itu di mulyakan oleh allah ta’ala dan manusia tidak memulyakannya, maka tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada allah dan hari akhir menumpahkan darah di makkah, dan tidak halal menebang pepohonan di sana. Jika seseornag memandang ada kemurahan (untuk berperang) berdasarkan peperangan rasulullah SAW. Disana, maka katakanlah [kepadanya], sesungguhnya allah telah mengizinkan bagi rasulNya, tetapi tidak mengizinkan bagimu, dan allah hanya mengizinkan bagikusesaat di suatu siang hari, kemudian kembali kemuliaannya (diharamkannya) pada hari itu seperti haramnya kemarin.” Orang yang hadir hendaklah menyampaikannya kepada yang tidak hadir (ghaib). (HR. Bukhari)

Menceritakan kepada kami ali ibn abdullah, ia berkata, menceritakan kepada kami sufyan, ia berkata, menceritakan kepadaku umar, ia berkata, memberitakan kepadaku wahabibn munabbih, ia berkata, aku mendengar abu hurairat berkata, “ tiads eorangpun dari sahabat nabi SAW yang lebih banyak meriwayatkan hadits yang diterima dari beliau SAW dari pada saya, melainkan apa yang didapat dari abdullah bin amr, sebab ia mencatat hadits sedang saya tidak mencatatnya,” (HR. Bukhari)[7]
Menceritakan kepada kami abu nu’aim fadhlu ibn dukain, ia berkata, menceritakan kepada kami syaiban dari yahya, dari abi salamat, dari abu hurairat:.... seorang laki-laki datang dari yaman, dan berkata, “tuliskan untukku ya rasulullah! Rasulullah SAW bersabda, “tuliskanlah untuk ayah si fulan.” (HR. Bukhari).[8]

Menceritakan kepada kami musaddad, ia berkata, menceritakan kepada kami bisyr, ia berkata, menceritakan kepada kami ibn ‘Aub, dari Ibn sirin, dari abdurrahman ibn abu bakrah dari ayahnya... rasulullah bersabda, “ siapa yang berusaha mencari ilmu, allah akan memudahkan baginya jalan menuju syurga.” (HR. Bukhari)[9]

Menceritakan kepada kami ahmad ibn abu bakar al-shiddiq abu masg’aub, ia berkata, menceritakan kepada kami muhammad ibn ibrahim ibn dinar, dari ibn abi dzi’bu, dari sa’id al-maqburiy, dari abu hurairat, ia berkata, aku berkata kepada rasulullah SAW, “ wahai rasulullah, sesungguhnya aku banyak mendengar hadits dari engkau, lalu aku lupa?” rasulullah SAW bersabda, “ hilangkan perkara yang burukmu,” lalu aku menghilangkannya.... lalu rasulullah SAW bersabda, “ hapalkanlah,” lalu aku menhapalkannya,” setelah itu aku tidak melupakan suatu hadits pun setelah itu,” (HR. Bukhari).[10]

Menceritakan kepada kami isma’il, ia berkata, menceritakan kepadaku saudaraku, dari ibn abi dazi’bu, dari sa’id al-maqburiy, dari abu hurairat, ia berkata, “saya hafal dari nabi dua tempat. Adapun salah satu dari keduanya, maka saya siarkan (hadits itu). Seandainya yang lain saya siarkan, niscaya terputuslah tenggoro’an ini”. (HR. Bukhari)[11]

Berkata mujahid, “pemalu dan sombong tidak akan dapat mempelajari pengetahuan agama.”aisyat berkata, “sebaik-baik kaum wanita adalah kaum wanita anshar, mereka tidak di halang-halangi rasa malu untuk mempelajari pengetahuan yang mendalam tentang agama. (HR. Bukhari).[12]
                          
Menceritakan kepada kami hajjaj, berkata, menceritakan kepada kami syu’bat berkata, menceritakan kepadaku ‘Ali ibn mudrik, dari abi zur’ah, dari jarir bin abdullah, mengatakan bahwa Nabi SAW bersabda kepadanyapada waktu mengerjakan haji wada’, “diamkanlah manusia!” lalu beliau bersabda, “sesudahku nanti janganlah kamu menjadi kafir, dimana sebagian kamu memotong leher sebagian yang lain.” (HR. Bukhari).[13]

Dari uraian hadits diatas, untuk mewujudkan peserta didikyang berkualitas berdasarkan tinjauan hadits dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.         Rasulullah SAW menjelaskan bahwa ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar. Artinya, seseorang tidak bisa hanya bercita-cita, akan tetapi harus di iringi dengan ikhtiar. Orang-orang yang berikhtiar untuk belajar, kelak akan dikaruniai kepahaman agama yang pada akhirnya akan menghantarnya menuju kemuliaan dan kebaikan.
b.         Peserta didik diperbolehkan iri hati kepada orang lain yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas, sebagai cambuk untuk rakus dalam menuntut ilmu pengetahuan, sehingga dengan semangat menuntut ilmu itu, diharapkan akan menyebar ilmu pengetahuan di muka bumi.
c.         Peserta didik hendaknya selalu menghafal dan mengulangi pelajarannya, sehingga betul-betul menguasai materi yang telah disampaikan oleh pendidik. Hal ini bertujuan agar ia dapat menggunakan ilmu tersebut kapanpun dibutuhkan, sesuai dengan kondisi yang ada.
d.        Peserta didik yang hadir menuntut ilmu tidak boleh kikir, untuk menyampaikan ilmu kepada orang-orang yang tidak hadir. Hendaknya dengan hati-hati yang tulus mengajarkan ilmu tersebut kepada orang yang tidak sempat hadir.
e.         Peserta didik hendaknya menuliskan, ilmu yang disampaikan oleh pendidik, sehingga terjaga. Sekiranya terlupakan masih bisa dilihat catatannya dan mengulangi kembali pelajaran yang telah diberikan pendidik meskipun dalam jangka waktu yang lama.
f.          Peserta didik hendaknya menyadari bahwa dalam menuntut ilmu tersebut, ia berada dalam ridho allah SWT, dan mempermudah baginya jalan menuju syurga.
g.         Peserta didik hendaknya berniat untuk mengajarkan ilmu yang diperolehnya untuk disebarkan dan diajarkan kepada orang lain agar bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain.
h.         Peserta didik tidak boleh malu belajar, karena orang yang malu dan sombong tidak akan dapat mempelajari ilmu agama. Sebaik-baik pelajar adalah yang tidak malu bertanya, apabila sesuatu yang belum dipahaminya selama tidak melanggar etika peserta didik.
i.           Peserta didik hendaknya diam dan tenang, tidak ribut pada saat belajar, karena dapat mengurangi ketenangan belajar dan mengganggu konsentrasi guru pada saat mengajar.
Berkaitan dengan sifat-sifat peserta didik, al-ghazali merumuskan adab peserta didik dalam menuntut ilmu sebagai berikut:
1.  Mengawali langkah dengan menyucikan hati dari prilaku yang buruk dan sifat-sifat tercela.
2.      Mengurangi dari segala keterkaitan dengan kesibukan-kesibukan duniawi dan menjauhkan dari keluarga dan kota tempat tinggal.
3.      Hendaknya ia tidak bersikap angkuh terhadap ilmu dan tidak pula menonjolkan kekuasaan terhadap guru yang mengajarinya, tetapi menyerahkan bulat-bulat kendali dirinya kepadanya dan mematuhi segala nasihatnya.
4.      Bagi seorang pemula dalam upaya menuntut ilmu, ialah tidak memalingkan perhatiannya sendiri untuk mendengar pendapat-pendapat manusia yang bersimpang siur, baik ilmu yang sedang ia pelajari termasuk ilmu-ilmu dunia atau ilmu-ilmu umum.
5.      Menunjukkan perhatiannya yang sungguh-sungguh kepada tiap-tiap disiplin ilmu yang terpuji, agar dapat mengetahui tujuan masing-masing.
6.      Hendaknya ia tidak melibatkan diri didalam berbagai macam ilmu pengetahuan secara bersamaam, melainkan melakukan dengan menjaga urutan posisinya, yakni melalui ilmu yang paling penting.
7.      Hendaknya ia tidak melibatkan diri dalam suatu bagian ilmu sebelum menguasai bagian yang sebelumnya. Sebab, semua ilmu berurutan secara teratur.
8.      Hendaknya ia berusaha mengetahui apa kiranya yang menjadi sesuatu menjadi semulia-mulia ilmu. Hal ini dapat diketahui dengan memperhatikan dua hal;
a.    Kemuliaan buah dari ilmu tersebut.
b.      Kemantapan dan kekuatan dalil yang menopangnya.
9.      Hendaknya penuntut ilmu menjadikan tujuannya yang segera, demi menghiasi batinnya dengan segala aspek kebijakan. Sedangkan tujuan selanjutnya, demi mendekatkan diri kepada allah.
B.      Syarat-syarat Peserta didik
1.      Peserta Didik harus Ikhlas
Ikhlas menurut bahasa adalah jujur dan tulus. Kata ikhlas berasal dari masdar akhlasa, yukhlisu, ikhlasan  yang berarti murni dan tampa campuran. Dari defenisi tersebut maka ikhlas dapa di artikan dengan pemurnian niat yang di kotori oleh ambisi pribadi dan sifat ingin dipuji orang lain kepada niat semata-mata untuk  mengharap ridho Allah swt dalam melakukan perbuatan.
Ikhlas merupakan syarat yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik, karena dengan ikhlas peserta didik akan lebih mudah menerima dan memahami pelajaran yang di berikan oleh pendidik. Sebaliknya jika peserta didik tidak memiliki keikhlasan maka ilmu yang akan merasa sulit dipahami bahkan Rasulullah mengatakan tidak akan mencium bau sorga, sebagaimana sabdanya yang berbunyi:
Dari Mu'az ibn Jabal, Rasulullah saw. bersabda: Siapa yang menuntut ilmu karena ingin merasa bangga sebagai ulama, menipu orang bodoh di majlis tidak akan mencium aroma sorga

Dari malik, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Siapa yang menuntut ilmu karena ingin bangga sebagai alim atau menipu orang-orang bodoh atau menarik perhatian orang, Allah akan memasukkannya ke dalam neraka.

Dari dua hadis di atas dapat pemakalah pahami bahwa, begitu pentingnya keikhlasan yang harus dimiliki oleh peserta didik. Sehingga pada hadis pertama menyebutkan peserta didik yang tidak ikhlas dalam menuntut ilmu tidak akan mencium aroma sorga, dan pada hadis kedua dia akan di masukkan kedalam api neraka.
2.      Menghormati Guru
Guru merupakan orang tua kedua setelah yang melahirkan kita, karena dialah yang mendidik kita dengan penuh kesabaran sehingga kita menjadi orang yang berilmu. Maka sebagai peserta didik haruslah menghargai dan menghormati pendidiknya. Keharusan menghormati pendidik tersebut tergambar dalam hadis Rasulullah, yaitu:
Ubadah ibn Shamit meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: Tidaklah termasuk umatku orang yang tidak memuliakan orang-orang dewasa, tidak menyayangi yang kecil dan tidak mengenal hak-hak orang alim (guru).
  Dalam hadis di atas jelaslah bahwa peserta didik harus menghormati pendidiknya, sehingga Rasulullah mengatakan bahwa peserta didik yang tidak menghargai dan menghormati pendidiknya bukanlah umatnya.
C.    Karakteristik Peserta Didik
1.      Memiliki potensi
Semua manusia di lahirkan dalam keadaan fitrah yaitu suci, sebagian ulama mengatakan bahwa fitrah tersebut adalah potensi beragama. Sebagaimana hadis Rasulullah Saw yang berbunyi:
Abi Hurairah RA meriwayatkan bahwa Nabi SAW. bersabda “Setiap anak dilahirkan menurut fitrah (potensi beragama Islam). Selanjutnya, kedua orang tuanyalah yang membelokkannya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi bagaikan binatang melahirkan binatang, apakah kamu melihat  kekurangan padanya?
Dari hadis di atas ada dua hal yang dapat di pahami yaitu, pertama: setiap mannusia yang lahir memiliki potensi, baik potensi beragama potensi menjadi orang baik, potensi menjadi orang jahat dan potensi yang lainya. Kedua: potensi tersebut dapat dipengaruhi oleh lingkungan terutama orang tua karena merekalah yang pertama yang sangat berperan dalam menjadikan anaknya menjadi yahudi, nasrani dan majusi.
Konsep hadis tersebut sesuai dengan teori konvergensi pada perkembangan peserta didik, yang berpendapat bahwa setiap anak yang lahir, dalam perkembangannya di pengaruhi oleh keturunan dan lingkungan. Yaitu setiap anak yang lahir akan di pengaruhi oleh keturunannya, contoh anak yang terlahir dari keluarga yang baik-baik tentunya dia akan menjadi anak yang baik serta di pengaruhi oleh ingkungannya. Hanya saja dalam konsep hadis di atas secara umum manusia lahir memiliki potensi yang sama.
2.      Memiliki Kemuliaan (Martabat)
Sehubungan dengan ini ditemukan hadis antara lain:
Dari Anas, saya mendengarkan Rasulullah saw. bersabda: muliakanlah anak-anakmu dan baguskanlah pendidikannya.
Hadis tersebut memang perintah kepada orangtua untuk  memuliakan dan mendidik anaknya dengan bagus, akan tetapi dapat juga kita pahami dari hadis tersebut tertuju kepada peserta didik, dimana seorang peserta didik harus memiliki kemulian atau martabat.
Adapun diantara membaguskan pendidikan anak pada hadis diatas menurut hemat pemakalah yaitu: memberikan pemahaman-pemahaman kepada anak, memberikan teladan, memilihkan lembaga pendidikan yang  baik bagi perkembangan anaknnya serta memilihkan teman sebaya yang tidak akan menjerumuskan anaknya  kepada jalan yang tidak baik.
3.      Memiliki Kesamaan Derajat
Adapun kesamaan derajat yang di maksud di sini adalah tidak adanya perbedaan antara jenis kelamin, perbedaan suku, warna kulit dll dalam menuntut ilmu. Setiap manusia sama hanya saja perbedaannya pada tingkat ketakwaannya. Sebagaimana hadis Rasulullah saw, yaitu:
Jabir ibn Abdullah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. berkhutbah di depan kami pada pertengahan hari tasyri', beliau bersabda: Wahai manusia! Ketahuilah sesungguhynya Tuhanmu Esa, nenek moyangmu satu. Ketehauilah bahwa tidak ada kelebihan bagi orang Arab dari orang non Arab, tidak pula ada kelebihan orang non Arab dari orang Arab, tidk ada kelebihan orang yang berkulit merah dari yang berkulit hitam dan tidak pula sebaliknya, kecuali karena takwanya. Bukankah telah saya sampaikan?
4.      Memiliki Perbedaan Kecerdasan
Diriwayatkan dari Abu Musa RA bahwa Rasulullah SAW pernah berkata: “Sesungguhnya perumpamaan hidayah (petunjuk) dan ilmu Allah SWT yang menjadikan aku sebagai utusan itu seperti hujan yang turun ke Bumi. Di antara Bumi itu terdapat sebidang tanah subur yang menyerap air dan sebidang tanah itu rumput hijau tumbuh subur. Ada juga sebidang tanah yang tidak menumbuhkan apa-apa, walaupun tanah itu penuh dengan air. Padahal, AlIah SWT menurunkan air itu agar manusia dapat meminumnya, menghilangkan rasa haus, dan menanam. Ada juga sekelompok orang yang mempunyai tanah gersang yang tidak ada air dan tidak tumbuh apa pun di tanah itu. Gambaran tersebut seperti orang yang mempunjai ilmu agama Allah SWT dan mau memanfaatkan sesuatu yang telah menyebabkan aku diutus oleh Allab SWT kemudian orang itu mempelajari dan mengerjakannya.Dan seperti orang yang sedikitpun tidak tertarik dengan apa yang telah menjebabkan aku diutus oleh Allah SWT. Ia tidak mendapat petunjuik dari Allah SWT yang karenanya aku menjadi utusan-Nya.
Hadis ini memggambarkan perbedaan antara manusia dalam kemampuan belajar, memahami dan mengingatnya. Menurut Muhammad Utsman Najati, ketiga kemampuan ini tergolong dalam pengertian intelektualitas. berdasrkan hadis ini maka dapat di pahami bahwa intelektualitas manusia dapat di kualifikasikan dalam tiga golongan, yaitu: Seperti tanah subur, Yang berarti orang dalam golongan ini mampu belajar, menghafal, da mengajarkan ilmu yang ia miliki kepada orang lain. Seperti tanah gersang, yang berarti orang dalam golongan ini mampu menjaga dan mengajarkannya kepada orang lain, tetapi ilmu yang dia miliki tidak bermamfaat pada dirinya sendiri. Seperti tanah tandus, orang dalam golongan ini tidak tertarik , apalagi menghafal dan mengajarkan kepada orang lain.
Dengan demikian sebagai seorang pendidik memang harus bisa memahami perbedaan kecerdasaan peserta didik, sehingga pendidik dapat memilih metode, pendekatan dan media yang tepat sehingga semua peserta didik dapat mencerna materi pelajaran dengan baik. hal ini dapat dilakukan oleh pendidik dengan mengaplikasikan metode pembelajaran yang bervariasi dan media yanng  beragam.
5.      Memiliki Perbedaan Emosional
Dari Abi Sa'id al-Khudriy, ia berkata, Rasulullah SAW. bersabda: Ingatlah, di antara anak Nabi Adam AS itu ada yang lambat marah dan cepat terkendali. Ada pula yang cepat marah dan cepat pula terkendali. Ingatlah, di antara anak Nabi Adam AS itu ada yang cepat marah dan lambat terkendali. Ingatlah, sebaik-baik mereka ialah yang lambat marahnya dan cepat terkendalinya. Ingatlah, seburuk-buruk anak Nabi Adam ialah yang cepat marahnya dan lambat terkendalinya.
Berdasarkan hadis di atas, Muhammad Utsman Najasi mengelompokkan tingkat emosi kemarahan manusia kedalam tiga tingkatan. Pertama, orang yang emosi kemarahannya lambat, jarang mengepresikan kemarahannya, kalaupun ia marah ia akan cepat mengendalikan emosinya kemarahannya. Orang semacam ini dikategorikan sebagai manusia yang sangat mulia. Kedua,orang yang emosi kemarahannya terlalu cepat tetapi ia juga cepat mengendalikannya. Ketiga, orang yang emosi kemarahannya terlalu cepat muncul, dia sulit mengendalikannya kecuali dalam waktu yang lama. Orang semacam inilah dikategorikan sebagai manusia yang paling buruk.
Perbedaan pada peserta didik perlu dipahami oleh seorang pendidik agar jangan terlalu gegabah dalam merespon aksi peserta didiknya. Pendidik tidak boleh mengatasi gejolak emosi peserta didik dengan luapan emosi pula. Ia harus dapat memperlihatkan kesabaran, ketulusan dan kasih sayangnya tampa menyimpan rasa dendam. Hal ini agar peserta didik bisa menghargai dan  menghormati pendidiknya.























BAB III
PENUTUP
Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut
A.    peserta didik adalah setiap orang yang meluangkan waktunya untuk belajar kepada seorang pendidik. Peserta didik adalah orang yang berada dalam fase pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik maupun psikis. Dengan demikian ia tidak bisa disamakan dengan orang dewasa yang berukuran kecil karena mempunyai spesifikasi tersendiri.
B.     Dari uraian hadits diatas, untuk mewujudkan peserta didikyang berkualitas berdasarkan tinjauan hadits dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.      Rasulullah SAW menjelaskan bahwa ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar.
2.       Peserta didik diperbolehkan iri hati kepada orang lain yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas, sebagai cambuk untuk rakus dalam menuntut ilmu pengetahuan.
3.      Peserta didik hendaknya selalu menghafal dan mengulangi pelajarannya, sehingga betul-betul menguasai materi yang telah disampaikan oleh pendidik.
4.      Peserta didik yang hadir menuntut ilmu tidak boleh kikir, untuk menyampaikan ilmu kepada orang-orang yang tidak hadir.
5.      Peserta didik hendaknya menuliskan, ilmu yang disampaikan oleh pendidik, sehingga terjaga.
6.      Peserta didik hendaknya menyadari bahwa dalam menuntut ilmu tersebut, ia berada dalam ridho allah SWT, dan mempermudah baginya jalan menuju syurga.
7.      Peserta didik hendaknya berniat untuk mengajarkan ilmu yang diperolehnya untuk disebarkan dan diajarkan kepada orang lain agar bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain.
8.      Peserta didik tidak boleh malu belajar, karena orang yang malu dan sombong tidak akan dapat mempelajari ilmu agama.
9.      Peserta didik hendaknya diam dan tenang, tidak ribut pada saat belajar.






DAFTAR PUSTAKA
Badawi, A. Zaki, Mu’jam Musthalahat al-‘Ulum al-Ijtima’iyat, Beirut: Maktabah Libnan, 1982.
Baihaqi, H., Mendidik Anak Dalam Kandungan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.
Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Asqalâni, Ahmad ibn Ali ibn Hajar Abu al-Fâdhil. Fâthul Bâri Syarah Shahih al-Bukhâri. Beirut: Dâr al-Ma’rifah, 1379
 H. Bukhâri, Abu Abdullah bin Muhammad Ismâil. Al-Jâmi’ al-Shahĩh al-Mukhtasar, Juz 1. Beirut: Dâr Ibnu Kaşir al-Yamâmah, 198.
Grendler, Bell E. Margaret. Belajar dan Membelajarkan, terj. Munandir. Jakarta: Rajawali, 1991.
Hamd, Ibrahim, Muhammad. Maal Muallimîn, terj. Ahmad Syaikhu. Jakarta: Dârul Haq, 2002.
Lathîb, Muhammad Syamsy al-Hâq al-’Azhîm ‘Abadi. ‘Aunu al-Ma’būd Syarh Sunan Abi Dâud. Beirut: Dâr al-Kutub al-’Ilmiyah, cet 1, 1401 H.






[1] Syamsul Nizar,Filsafat Pendidikan Islam,Pendekatan Historis,Teoritas dan Praktis (Jakarta,Ciputat Press,2005),Cet.Ke-2 h 48-50
[2]Omar Hamalik,Proses Belajar Mengajar,(Jakarta PT.bumi Aksara,2001)cet ke 1.h.101-105
[3] Abi abdillah,Muhammad ibnnIsmail ibn Ibrahim ibn al-Mughirat ibn Bardzat al Bukhari al-Ju’fi,cip.h.30
[4] Ibid, h.31
[5] Ibid,h.37
[6]Abi’Abdilah Muhammad ibn Ismail ibn  al Mughirat Ibn Bardazat al Bukhari al Ju’fi,op.cit.h.38
[7]Abi’Abdilah Muhammad ibn Ismail ibn  al Mughirat Ibn Bardazat al Bukhari al Ju’fi,op.cit.h.39
[8]Ibid,h.38                   
[9]Abi’Abdilah Muhammad ibn Ismail ibn  al Mughirat Ibn Bardazat al Bukhari al Ju’fi,op.cit.h.30
[10]Ibid,h.40
[11]Abi’Abdilah Muhammad ibn Ismail ibn  al Mughirat Ibn Bardazat al Bukhari al Ju’fi,op.cit.h.42

[12]Ibid,h,42
[13]Ibid,h.40

Tidak ada komentar:

Posting Komentar