BAB I
PEMBAHASAN
Sebagai hamba Allah yang bernama
manusia, tabiat kita yang paling menonjol adalah “nisyan”(lupa). Dalam ungkapan
Arab disebutkan, “Sumiyal insanbinib syaanihi” (manusia dinamakan insan
karena kelupannya). Dari lupa terjadi alpa, dan dari alpa lahirlah dosa.
Maka, dapat dipastikan tiada manusia
yang sempurna, karena setiap orang mempunyai kesalahan di hadapan Allah, dan
kelemahan merupakan salah satu ciri dasar manusia. Kelemahan manusia ini
jika ditambah dengan lemahnya kemauan untuk menjadi baik sangatlah berbahya.
Dalam pembahasan makalah kali ini,
berangkat dari judul makalah yang mencakup sub pokok bahasan ruang lingkup
ayat-ayat Tarbawi dalam Al-Qur’an, yang dalam kesempatan kali ini, kita akan
membahas tentang ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan ‘Kelemahan Manusia’,
kami akan mencoba menjelaskan hal-hal
yang berhubungan dengan Tafsir Tarbawi yang merupakan salah satu mata kuliah di
semester ini.
Seiring bergantinya zaman, Ilmu
Tafsir yang merupakan salah satu ilmu yang mempermudah kita dalam memahami
Al-Qur’an secara mendetail. Oleh karena itu, marilah kita mengenal lebih jauh
tentang sebenarnya apa yang menjadi objek Ilmu Tafsir. Dengan adanya pembahasan
ini kita sebagai generasi muda islam supaya lebih mengenal, memahami dan
mempelajari Ilmu Tafsir karena dengan mempelajari ilmu tafsir ini, kita akan
lebih mengetahui siapa diri kita dan bagaimana kita seharusnya, agar tidak
tersesat dalam menjalani kehidupan ini.
B.
Rumusan Masalah
2. Apa amanat Allah
yang diberikan kepada manusia ?
3. Apa saja Sifat manusia menurut Al-Qur’an ?
C. Tujuan
2. Untuk mengetahui
amanat Allah yang diberikan kepada manusia.
3. Untuk mengetahui sifat
manusia menurut Al-Qur’an.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Kelemahan Dalam Diri Manusia
Seseorang
yang beriman sekali pun tentu mempunyai kesalahan dan memiliki sifat buruk yang
terkadang sukar dihilangkan. Tiada seorang Mukmin pun yang murni atau sempurna.
Sebagai contoh, Nabi Muhammad Saw pernah bersabda kepada Abu Dzarr ra, beliau
bersabda, “Engkau seorang yang masih ada padamu sifat jahiliyah. ”
Dalam
siroh para sahabat Nabi, sahabat Abu Dzar adalah seorang sahabat utama,
termasuk dari orang-orang pertama yang beriman dan berjihad, namun ternyata
masih ada kekurangannya. Kelemahan Abu Dzarr adalah terlalu zuhud sehingga
selalu merasa diri sempurna karenanya dia reaktif terhadap sahabat Bilal.
Namun
kelemahan ini langsung dikoreksi Nabi Muhammad Saw. “Wahai Abu Dzar,
kamu pergi mengajarkan ayat dari Kitabullah lebih baik bagimu daripada shalat
(sunnah) seratus rakaat, dan pergi mengajarkan satu bab ilmu pengetahuan baik
dilaksanakan atau tidak, itu lebih baik daripada shalat seribu
rakaat.” (HR. Ibnu Majah).[1]
Adapun ayat-ayat yang menjelaskan tentang kelemahan
manusia akan dijelaskan sebagai berikut
1.
QS. Al-Ma’arij:ayat 19-26
إِنَّ
الإنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا (١٩) إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا (٢٠) وَإِذَا
مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا (٢١) إِلا
الْمُصَلِّينَ (٢٢) الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلاتِهِمْ دَائِمُونَ (٢٣)
وَالَّذِينَ
فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ (٢٤) لِلسَّائِلِ
وَالْمَحْرُومِ (٢٥)
وَالَّذِينَ
يُصَدِّقُونَ بِيَوْمِ الدِّينِ (٢٦) وَالَّذِينَ هُمْ مِنْ عَذَابِ رَبِّهِمْ
مُشْفِقُونَ (٢٧)
Artinya:
19. Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh
20. dan apabila ia
mendapat kebaikan ia Amat kikir,
21. kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat,
22. yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya,
23. dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian
tertentu,
24. bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak
mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta),
25. dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan,
26. dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya.
27. . dan orang-orang yang takut terhadap
azab Tuhannya
Maksudnya: orang yang menyimpan
hartanya dan tidak mau mengeluarkan zakat dan tidak pula menafkahkannya ke
jalan yang benar.
Tafsir dan Penjelasan:
”Sesungguhnya manusia diciptakan
dalam keadaan keluh kesah”.Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling
sempurna dan melengkapinya dengan sifat yang unggul. Keunggulannya dibandingkan
seluruh makhluk sebagaimana ditunjukkan oleh kemampuan intelektualnya yang khas
dalam berpikir dan memahami, dan kesiapannya untuk belajar dan mengembangkan
budaya tidak perlu dipertanyakan lagi. Menurut Al-Dhahhak, manusia disini
khusus orang kafir.
Dalam ayat-ayat yang menjadi
materi pengecualian (mustatsna)atau yang
menjadi mukhashshish dari keumuman lafal al-Insan tersebut.
Kelompok manusia yang pertama menjadi mukhashshish adalah orang-orang
yang mendirikan sholat (al-mushallin), dimana sholat merupakan pembeda pokok
antara seorang Muslim dengan seorang Kafir. Jadi, jika pendapat al-Dhahhak ini
diikuti, maka tafsiran ayat ini adalah “sesungguhnya orang kafir diciptakan
dalam keadaan bersifat keluh kesah”. Mafhum mukholafahnya adalah, orang Islam
yang mendirikan sholat tidaklah bersifat demikian.
Maksud
dari kata “Halu’a” (Keluh Kesah) yaitu, menurut Ibnu
Kisan menafsirkan ayat ini dengan ; “Allah menciptakan manusia dengan sifat
selalu menyukai perkara-perkara yang menyenangkan, dan selalau tidak menyukai
perkara-perkara yang tidak menyenangkan. Tidak mau memberikan sesuatu yang
disenanginya dan tidak sabar atas sesuatu yang dibencinya.”
Ayat berikutnya yaitu
: Al-Syarr ‘kejelekan’, ‘kesusahan’, ‘kerugian’, adalah sesuatau yang
dibenci dan sangat tidak dikehendaki oleh manusia. Sedangkan Al-Khair
‘kebaikan’, ‘kesenangan’, ‘keuntungan’, merupakan sesuatau yang dikehendaki dan
diinginkan oleh manusia.namun demikian suka atau tidak suka, keduanya yang
sangat bertentangan itu merupakan bagian dari realitas kehidupan manusia yang
mesti dihadapi secara bijaksana. Kebaikan, kesenangan, dan keuntungan yang
merupakan bagian dari anugerah Allah hendaknya diterima dengan hati penuh
syukur kepada-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya. Sebaliknya,
keburukan, kesusahan, dan kerugian, hendaknya disikapi dengan jiwa yang penuh
kesabaran dan ketabahan disertai tawakal kepada-Nya.
”Kecuali orang-orang yang
mengerjakan shalat, Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya”. Ini
adalah ayat yang mentakhish keumuman lafal al-Insan. Artinya, bahwa orang-orang
yang tetap mengerjakan sholat tidak termasuk manusia yang menolak kebaikan
dengan tidak mensyukurinya dan menyesali kejelekan dengan tidak sanggup
bersikap sabar menghadapinya. Orang yang selalu mendirikan sholat memiliki
hubungan dan ketergantungan vertikal yang sangat kuat kepada Allah SWT. dan
akan selalu memposisikan kebaikan dan keburukan yang menimpanya sebagai batu
ujian keimanan, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Anbiyaa ayat 35
”Tiap-tiap yang bernyawa akan
merasakan mati. kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai
cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.”
Sholatihim da-imun dalam ayat diatas
menegaskan bahwa shalat yang akan menetralisir manusia sebagai mahluk yang
berkeluh kesah adalah sholat yang dilakukan secara terus menerus. Dalam bahasa
Arab, berarti mengerjakan sesuatau secara terus menerus dan tidak pernah
berhenti. Orang tidak pernah berhenti kentut (maaf !) Jadi, shalat da-im ialah
shalat yang dialksanakan selamanya dan tanpa henti. Shalat da-im maksudnya
melaksanakan dan mengaplikasikan ruh dan nilai-nilai dari ajaran ritualitas
shalat kedalam gerakan hidup sehari-hari sejak bangun pagi hingga beranjak
tidur.
Menurut penjelasan dari ayat diatas,
bahwa orang yang setia melaksanakan shalat dan berusaha menerapkan
nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari adalah orang yang tidak akan
berkeluh kesah menghadapi sesulit apapun kehidupan ini.
Kelompok orang yang tidak akan
mengalami keluh kesah, yaitu
(1) orang-orang yang memberikan sebagian
hak kekayaannya kepada fakir miskin,
(2) orang-orang yang membenarkan
akan datangnya hari pembalasan,
(3) orang-orang yang merasa takut
akan siksaaan Allah,
(4) orang-orang yang memelihara
kemaluannya selain kepada istri-istrinya,
(5) orang-orang yang memelihara
amanat,
(6) orang-orang yang selalu
memberikan kesaksian yang benar.[2]
2.
QS. Al-Rum:
ayat 54.
اللَّهُ
الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ
جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ
الْقَدِير الْعَلِيمُ وَهُوَ
ۚ
يَشَاءُ مَا يَخْلُقُ ۖ
وَشَيْبَةً ضَعْفًا
Artinya: “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan
lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah Keadaan lemah itu menjadi kuat,
kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban.
Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi
Maha Kuas,”(QS.Al-Rum:54)
Tafsir / Penjelasan :
Allah menciptakan manusia dalam
bentuk yang paling sempurna dan melengkapinya dengan sifat yang unggul.
Keunggulannya dibandingkan seluruh makhluk sebagaimana ditunjukkan oleh kemampuan
intelektualnya yang khas dalam berpikir dan memahami, dan kesiapannya untuk
belajar dan mengembangkan budaya tidak perlu dipertanyakan lagi. Pernahkah kita
berpikir, mengapa meski memiliki seluruh sifat yang unggul ini manusia memiliki
tubuh yang sangat rentan, yang selalu lemah terhadap ancaman dari luar dan
dalam? Mengapa begitu mudah terserang mikroba atau bakteri, yang begitu kecil
bahkan tidak tertangkap oleh mata telanjang? Mengapa ia harus menghabiskan
waktu tertentu setiap harinya untuk menjaga dirinya bersih? Mengapa ia
membutuhkan perawatan tubuh setiap hari? Dan mengapa ia bertambah usia
sepanjang waktu?
Manusia bukan makhluk super,
walaupun manusia makhluk yang diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna,
tetapi manusia adalah makhluk yang paling lemah diantara makhluk-makhluk
lainnya. Dengan makhluk yang tidak bernyawa seperti angin,air,tanah dan api pun
manusia tidak bisa melawannya. Angin jika telah menjadi angin puting beliung
akan mengancam jiwa manusia. Air jika menjadi air bah dan tsunami akan
melenyapkan peradaban manusia. Tanah jika bergunjang dan longsor akan mengubur
manusia. dan api jika telah berkobar membara akan menghanguskan manusia. Tak
ada yang patut disombongkan pada diri manusia. La haula wala quwata illah
Billah. Tiada daya dan upaya melainkan dari Allah.
3.
QS.
AL-Ahzab: 72.
ِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا
الْإِنْسَانُ
إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا * لِيُعَذِّبَ اللَّهُ
الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ وَيَتُوبَ
اللَّهُ عَلَى
الْمُؤْمِنِينَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا .
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. Sehingga Allah mengadzab
orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki
dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki
dan perempuan. Dan Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” (QS. Al-Ahzab:
72-73)
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah
telah melakukan komunikasi dengan menawarkan al-Amanat kepada langit, bumi dan
gunung sebelum kemudian diterima oleh manusia.
Dalam Mufradat fi Ghorib Al-Qur’an,
Raghib al-Isfahany mengartikan al-Amanat dengan akal, karena dengan akallah
pengertia tauhid, keadilan, pelajaran huruf-huruf hijaiyah, segala yang dapat
diketahui dan diperbuat manusia tentang keindahan. Dengan akal, manusia
diunggulkan diatas mahluk-mahluk lain. Sedangkan al-Zamakhsyari lebih memilih
makna ketaatan sambil mentakwilkan kata al-haml dalam rangka penolakan.
Sementara Ibn Jarir al-Thabrani, didalam tafsirnya, memilih memaknai amanat
didalam agama, dan amanat-amanat dalam kehidupan manusia.
Kata amanat alam bentuk tunggal
muncul dalam Al-Qur’an hanya satu kali, yaitu pada QS. Al-Baqarah : 283, dalam
kaitannya dengan pencatatan hutang:
”Kalau kamu dalam perjalanan dan
kamu tidak menemukan seorang penulis, hendaklah ada barang tanggungan yang
dipegang, tetapi bila kedua belah pihak sudah saling mempercayai, hendaklah
yang dipercayai menunaikan amanatnya.”
Apabila ktia memperhatikan kata
amanat dengan kaitan kontekstualnya pada surat Al-Ahzab :72, ada beberapa
qarinah yang membedakan artinya dengan arti amanat, yaitu
: Pertama, sebagaiamana telah sering disinggung bahwa kata amanat
pada ayat ini dalam bentuk tunggal dan diawali dengan al yang menunjukan
kekhususan. Kedua,kata al-amanat dikaitkan dengan kata al-insan , bahwa
al-amant itu ditawarkan kepada manusia dalam pengertian al-Insan dimana ia
sendiri sanggup menerima dan memikulnya. Dan ketiga, langit, bumi,
dan gunung-gunung yang untuk pertama kalinya menerima tawaran tersebut, semua
menolaknya.
Setiap alam semesta selain manusia,
berjalan dengan hokum alamnya secara terpaksa dan penuh kepatuhan, tanpa harus
menanggung resiko dari apa yang telah diperbuatnya. Seandainya langit
menghujani bumi dengan gemuruh petirdan menahan turunnya hujan sehingga bumi
rusak kekeringan tidak ada tanaman, atau seandainya langit berbaik hati menyirami
bumi sehingga hidup kembali, maka langit sama sekali tidak akan dimintai
pertanggungjawaban atas perbuatannya itu. Sama halnya seandainya bumi
berguncang merusak pemukiman dan segenap hidup, kemudian memuntahkan lahar
panas dan mengahncurkan yang ada, atau dia berbaik hati dengan mengeluarkan
barang-barang tambang yang berharga dan minyak yang melimpah sehingga
penduduknya makmur sejahtera. Hanya manusialah yang bertanggung jawab atas
perbuatannya sendiri, yang menghasilkan pahala atau siksa. Tak seorang pun yang
menanggung akibat perbuatan orang lain. Dan tidak satupun perbuatan yang tanpa
balasan. In khairan fa khairan wa in syarran fa syarrun[3]
4.
QS. Al-Balad90:4-8.
(٥)أَيَحْسَبُ أَنْ
لَنْ يَقْدِرَ عَلَيْهِ أَحَدٌ (٤)لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي كَبَدٍ
دًايَقُولُ
أَهْلَكْتُ مَالا لُبَ
Artinya:
1.
Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.
2.
Apakah
manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorangpun yang berkuasa atasnya?
3.
dan
mengatakan: "Aku telah menghabiskan harta yang banyak".\
4.
Apakah Dia
menyangka bahwa tiada seorangpun yang melihatnya?\
5.
Bukankah
Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata,
Pejelasan:
Maka mana jawab sumpah ini,sesuatu
yang ingin disampaikan Allah sehingga menggunakanqosam(sumpah),adalah kalimat
‘laqod kholaqnal insana fii kabad’(sesungguhnya kami telah menciptakan manusia
dalam kondisi susah dan payah).Berarti statement ini adalah statement yang
sangat penting karena menggunakan sumpah,juga menggunakan ‘la’ ada
tauhid,kemudian ada ‘qod’ memiliki makna
tauhid(sungguh-sungguh/benar-benar)kami telah menciptakan manusia dalam keadaan
susah payah,dan tujuannya adalah agar kita memiliki perhatian terhadap masalah
ini,bahwa manusia diciptakan oleh Allah itu harus susah payah,dalam masalah
menghadapi dunia ini,yaitu untuk beribadah,maka dalam beribadah dan beriman itu
banyak susah payahnya.Jadi,mempertahankan eksistensi keimanan kita juga berat
dan susah payah,banyak rintangannya.Oleh karena itu,kita harus menjadikan dunia
ini untuk bersusah payah untuk mencari kebahagiaan diakhirat.Kemudian
‘kabad’ ini memiliki makna yang lain,hati yang berani,manusia diciptakan
oleh Allah memiliki hati yang berani berbuat maksiat,keras hatinya. (Apakah dia
mengira bahwa tidak ada orang yang menguasainya,apakah manusia itu mengira
bahwa sekali-kali tidak ada seorang pun yang berkuasa atas dirinya).Ini adalah
manusia yang sombong,meyakini tidak ada orang yang lebih kuat darinya.
Ayat ini ada asbabun
nuzui-nya,ada orang kafir namanya abul assudail aljumai,dia itu bangga dengan
kekuatannya,yaitu pernah di uji coba di sebuah pasar di Mekkah,dia mengambil
satu kain di pasar itu,kemudian dia injak,kemudian dia adakan
sayembara,barangsiapa yang dapat menarik kain ini maka ia akan mendapatkan
hadiah darinya,dan tidak ada satu pun yang dapat menariknya.Sampai kemudian
akhirnya damai,kelompok itu bersatu sebanyak 10 orang yang kemudian menginjak
kain itudan ternyata akhirnya yang kalah adalah kain yang robek.Dan orang ini
adalah orang yang memusuhi Rasulullah SAW.Pernah ada kisah yaitu Rukanah
seorang pegulat tangguh yang pernah menantang Rasulullah,jadi kalau dia menang
dia akan masuk islam,tapi kalau Rasul kalah maka Rasul tidak boleh menyebarkan
islam.Sampai ketiga kali banting tetap dimenangkan Rasulullah,akhirnya Rukanah kalah
akhirnya dia masuk islam.
Walaupun asbabun nuzul-nya
kepada abul assudail aljumail,namun ayat ini ditujukan keseluruh manusia,bahwa
manusia dengan sebesar apapun kekuatannya,tidak boleh menyombongkan
diri,contohnya seperti fir’aun bangga dengan kerajaannya,hancur di tengah
lautan.Haman juga hancur di tengah lautan karena bangga dengan prajuritnya yang
begitu besar.Qorun hancur dengan kekayaannya.jadi,kekuatan apapun yang
diberikan Allah SWT kepada kita tidak boleh membuat kita kufur kepada Allah
SWT.
Mereka mengatakan : “aku telah
menghabiskan uangku (untuk memusuhi Nabi Muhammad).Adalah sindiran Allah dalam
ayat ini.
Asababun nuzul-nya adalah ayat ini
turun kepada orang yang masuk islam yang bernama Amir bin Naufal,dia mengatakan
kepada Nabi Muhammad SAW ketika melakukan sebuah dosa dan meminta sebuah fatwa,
“Ya,Rasulullah!saya telah melakukan maksiat apa yang harus saya
lakukan?”.kemudian kata Rasulullah memerintahkan agar dia membayar kafarat
(membayar sejumlah uang untuk menebus kesalahannya),jadi kafarat ada dalam
islam tetapi hanya pada perbuatan-perbuatan tertentu,misalnya:berhubungan
suami-istri siang hari di bulan Ramadhan,dzihar,ila,sumpah yang tidak
dipenuhi,nazar yang tidak dipenuhi,selain itu harus bertaubat dan ada
hukumannya,lalu Amir bin Naufal menjawab : “kalau seperti ini hartaku habis
hanya untuk membayar kafarat dan infak sejak saya masuk agama
Muhammad”.sehingga penyesalan orang ini dibantah oleh Allah SWT padahal yang
dikeluarkannya tidak banyak,sedangkan yang diberikan Allah kepadanya jauh lebih
banyak dari pada pemberiannya.Maka ayat selanjutnya:
(Ia mengira bahwa tidak ada yang melihatnya)
Ia mengira bahwa kata-kata riya itu tidak ada yang melihatnya padahal Allah SWT
tahu seberapa besar uang yang digunakan untuk membayar kafarat dan nafkah itu
sebenarnya sedikit,tapi dia mengira itu banyak.
(Kemudian lubada itu
artinya jamak jadi artinya begitu banyak ia keluarkan hartanya).
Apakah ia mengira bahwa tidak
satupun orang yang melihatnya padahal Allah SWT melihat itu semuanya.Termasuk ayat
ini maknanya adalah Apakah mereka mengira bahwa Allah SWT tidak akan menanyakan
hartanya pada hari kiamat dari mana dia dapat dan kemana dia
infaqkan,menurut Qotadahseorang tabi’in.Maknanya diantaranya ini
adalah kondisi orang-orang yang tidak beriman dimana ia tidak meyakini bahwa
apa yang ia kerjakan itu dilihat oleh Allah SWT.Maka kesombongan-kesombongan
mereka dibantah oleh Allah SWT dengan menghadirkan kenikmatan-kenikmatan lebih
besar daripada itu,maka pada episode yang kedua Allah SWT menyebutkan
nikmat-nikmat yang diberikan Allah SWT kepadanya.Jadi,kondisi orang-orang kafir
tadi kemudian dibantah oleh Allah SWT dengan ayat ke-8. (Bukankah kami telah
menjadikan untukmu sepasang mata) Artinya kalau mereka tidak mempunyai mata,tak
mungkin mereka kaya,menjadi kuat,jadi harus ingat terhadap apa yang diberikan
oleh Allah,karena mata ini adalah sesuatu yang sangat penting untuk
meraih itu semua.Dan dengan mata ini pula kita bisa melihat suasana
alam,mentadaburi ayat-ayat Allah,bisa membaca Al-Qur’an.[4]
5.QS. Al-Nisa’:28-29.
٢٨﴾ ) يُرِيدُ اللّٰـهُ أَن يُخَفِّفَ
عَنكُمْ ۚ وَخُلِقَ الْإِنسٰنُ ضَعِيفًا
يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا
تَأْكُلُوٓا۟ أَمْوٰلَكُم بَيْنَكُم بِالْبٰطِلِ
إِلَّآ أَن تَكُونَ تِجٰرَةً عَن تَرَاضٍ
مِّنكُمْ ۚ وَلَا تَقْتُلُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ ۚ
إِنَّ اللّٰـهَ كَانَ بِكُمْ
رَحِيمً ) ٢٩﴾
Artinya:
28.
Allah hendak memberikan keringanan kepadamu[286], dan
manusia dijadikan bersifat lemah.
29.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu dan janganlah kamu membunuh dirimu.Sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
Tafsir / Penjelasan :
Manusia menganggap semua kebutuhan
ini adalah fenomena alami. Namun, sebagai manusia, keperluan perawatan tersebut
memiliki tujuan tersendiri. Setiap detail kebutuhan manusia diciptakan secara
khusus. Kebutuhan manusia yang tanpa batas diciptakan dengan sengaja, agar ia
mengerti bahwa dirinya adalah hamba Allah dan bahwa dunia ini adalah tempat
tinggalnya yang sementara.
Manusia tidak memiliki kekuasaan apa
pun terhadap tanggal dan tempat kelahirannya. Sebagaimana halnya, ia tidak
pernah mengetahui di mana atau bagaimana ia akan meninggal. Lebih lanjut lagi,
seluruh usahanya untuk membatasi faktor-faktor yang berpengaruh negatif bagi
hidupnya adalah sia-sia dan tanpa harapan.
Manusia memang memiliki sifat rentan
yang membutuhkan banyak perawatan untuk tetap bertahan. Ia pada hakikatnya
tidak terlindungi dan lemah terhadap kecelakaan tiba-tiba dan tak terduga yang
terjadi di dunia. Sama halnya, ia tidak terlindungi dari risiko kesehatan yang
tidak dapat diperkirakan, tak peduli apakah ia penghuni peradaban yang tinggi
atau pedesaan di gunung yang terpencil dan belum maju. Sepertinya setiap saat
manusia dapat mengalami penyakit yang tak tersembuhkan atau mematikan. Kapan
pun, dapat terjadi suatu kecelakaan yang menyebabkan kerusakan tak tersembuhkan
pada kekuatan fisik atau daya tarik seseorang yang tadinya membuat cemburu.
Lebih jauh, hal ini terjadi pada seluruh manusia: apa pun status, kedudukan,
ras, dan sebagainya, tidak ada pengecualian terhadap akhir tersebut. Baik
kehidupan seorang pesohor dengan jutaan penggemar dan seorang penggembala biasa
dapat berubah secara drastis pada suatu saat karena kecelakaan yang tidak
terduga.
Tubuh manusia adalah organisme lemah
yang terdiri dari tulang dan daging dengan berat rata-rata 70-80 kg. Hanya
kulit yang lemah melindunginya. Tidak diragukan, kulit yang sensitif ini dapat
dengan mudah terluka dan memar. Ia menjadi pecah-pecah dan kering ketika
terlalu lama terkena sinar matahari atau angin. Untuk bertahan terhadap
berbagai gejala alam, manusia harus berjaga-jaga terhadap dampak lingkungan.
Meskipun manusia dilengkapi dengan
sistem tubuh yang luar biasa, "bahan-bahan" nya (daging, otot,
tulang, jaringan saraf, sistem kardiovaskuler dan lemak) cenderung meluruh.
Bila manusia terdiri dari bahan lain, bukan daging dan lemak, bahan yang tidak
memberi jalan bagi penyusup dari luar seperti mikroba dan bakteri, tidak akan
ada kesempatan untuk menjadi sakit. Bagaimanapun, daging adalah zat yang paling
lemah: ia menjadi busuk bahkan berulat bila dibiarkan pada suhu ruang untuk
beberapa waktu.Untuk senantiasa mengingatkan kepada Allah, manusia acap kali
merasakan kebutuhan pokok tubuhnya. Jika terkena cuaca dingin, misalnya, ia
mengalami risiko kesehatan; sistem kekebalan tubuhnya perlahan-lahan
"jatuh". Pada saat tersebut, tubuhnya mungkin tidak dapat menjaga
temperatur tubuh konstannya (37ºC) yang penting untuk kesehatan yang baik.1
Laju jantungnya melambat, pembuluh-pembuluh darahnya berkontraksi, dan tekanan
darah meningkat.[5]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia yang memiliki dimensi
biologis dan psikologis mengalami evolusi perkembangan. Secara biologis manusia
dilahirkan dengan penuh keterbatasan. Tidak seperti beberapa contoh hewan yang
beberapa saat setelah dilahirkan oleh induknya bisa langsung berdiri dan
berjalan. Organ-organ manusia ketika masih bayi begitu lemah dan rentan
sehingga membutuhkan bantuan orang lain dalam bentuk latihan-latihan untuk bisa
menyempurnakan evolusi biologisnya.
Oleh
karena itu, kelemahan Manusia dalam Pandangan Al-Quran, Allah SWT dalam Al-Quran
menyebutkan manusia sebagai maujud yang mulia dan tinggi, disisi lain juga
menyebutkan kelemahan-kelemahannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Kholil,
Moenawar. 1985. Al-Qur’an Dari Masa ke Masa. Solo: C.V Ramadhani
Anwar,
Rosihon. 2006. Ulumul Qur’an. Bandung : Pustaka Setia
DR. H. Abuddin
Nata, MA. 2008. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar