MAKALAH FILSAFAT ILMU
DAN LOGIKA
JUDUL: HUBUNGAN
KAUSALITAS,PEMIKIRAN DAN PENJELASAN TEORI,PROBABILITAS DAN KEKELIRUAN BERFIKIR
DOSEN PENGAMPU : WIRA
SUGIARTO,S.IP, M.Pd.I

DISUSUN OLEH KELOMPOK IX :
MUHAMMAD ROMSYAH
HUDRIYANTO
SULAIMAN
JAMALUDDIN
JURUSAN TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI
( STAIN ) BENGKALIS
2016 M/
1437 H
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................
i
DAFTAR ISI......................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
1
A.
Latar Belakang.............................................................................................................
1
B.
Rumusan Masalah.........................................................................................................
1
C.
Tujuan Masalah.............................................................................................................
1
BAB II
PEMBAHASAN...................................................................................................
2
A. PENGERTIAN
HUKUM SEBAB AKIBAT (KAUSALITAS) ............................... 2
B. PROBABILITAS........................................................................................................
4
C. KEKELIRUAN
BERFIKIR
...................................................................................... 6
1. KEKELIRUAN
FORMAL.................................................................................... 6
2. KEKLIRUAN NON
FORMAL............................................................................. 7
3. KEKLIRUAN
PENGGUNAAN BAHASA......................................................... 10
4. KEKLIRUAN DALAM
PENALARAN KAUSALITAS.................................... 11
BAB III PENUTUP............................................................................................................
13
Kesimpulan..........................................................................................................................
13
Saran.................................................................................................................................... 13
Daftar Pustaka.....................................................................................................................
14
KATA PENGANTAR
Assalamu`alaikum, Wr. Wb
Puji dan syukur pemakalah ucapkan
kepada Allah SWT. Karena berkat limpahan Rahmat dan Hidayah serta petunjuk-Nya,
pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini yang membahas tentang “Hubungan
Kausalitas,Pemikiran dan Penjelasan serta Teori,Probabilitaas dan kekeliruan
Berfikir”.
Shalawat dan salam buat Nabi besar
Muhammad SAW yang merupakan sosok yang dapat ditauladani dari berbagai hal
kehidupan, sehingga perjalanan hidupnya dijadikan sejarah oleh manusia untuk
pedoman hidup bagi umatnya.
Dan tak lupa ucapan terima kasih
pemakalah kepada Dosen pembimbing dalam mata kuliah Filsafat Ilmu
dan Logika, Orang Tua yang selalu memberikan
motivasi, Teman-teman, serta semua pihak yang telah mendukung dalam proses
pembuatan makalah ini.
Terakhir, pemakalah sadar bahwa,
banyak kekurangan dalam makalah ini, hal ini karena kurangnya sumber rujukan
dan kurangnya Ilmu yang pemakalah miliki. Maka pemakalah sangat mengharapkan
kritikan dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk makalah yang akan
datang.
Bengkalis, Februari 2016
|
|
KELOMPOK IX
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keyakinan manusia akan hokum kausalitas sudah ada sejak
zaman kuno. Bahwa tidak ada satupun peristiwa terjadi secara kebetulan,
melainkan semuanya mempunyai sebab yang mendahuluinya, dapat kita telusuri
sejak peradaban manusia dalam sejarah. Bukti itu dapat kita temui pada abad
kelima sebelum masehi, yaitu pada ucapan seorang Filosof Yunani Leucipos.
Nihil fit sine causa (tidaka ada satupun peristiwa yang tidak mempunyai
sebab). Namun demikian tidak berarti jauh sebelumnya manusia belum mengenal
peristiwa sebab akibat.
Dalam hidup kita sering mengalamai hal-hal yang
mungkin pernah kita alami. Dari kejadian yang pernah kita alami tersebut kadang
kita bisa memberikan pandangan kepada orang lain yang sedang mengalami kejadian
seperti kita dulu.
Bagi mereka yang lebih kreatif kejadian yang pernah
dialaminya dimasa lalu atau bahkan kejadian yang dialami orang lain dijadikan
ramalan untuk masa depan seseorang yang dipandangnya menyerupai seseorang tadi.
Kadang kita dalam hidup ini perlu yakin adanya kemungkinan-kemungkinan yang
akan terjadi dikemudian hari ketika kita melakukan suatu kegiatan. Hal ini
diperlukan untuk menjadikan perhatian dan pertimbangan dalam kita melankah yang
kita ambil dari kejadian-kejadian sebelumnya.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kausalitas?
2. Apa yang dimaksud dengan Probabilitas?
3. Bagaimana Probabilitas dalam
filsafat ilmu dan logika?
4. Apa yang dimaksud dengan kekliruan
Berfikir?
5. Bagaimana kekliruan berfikir it
terjadi?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui maksud
dari kausalitas
2.
Untuk mengetahui
Hubungan kausalitas dengan probabilitas dan kekliruan berfikir
3.
Utuk mengetahui maksud
dari probabilitas dalaqmq ilmu dan logika
4.
Untuk mengetahui
hubungan kausalitas dengan kekliruan
berfikir
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN HUKUM SEBAB AKIBAT (KAUSALITAS)
Prinsip
kausalitas berbunyi , “Segala sesuatu membutuhkan sebab untuk meng - ada,
kecuali keberadaan itu sendiri.” Sifat penting kausalitas pertama adalah
keselarasan; yaitu satu sebab yang sama akan menghasilkan akibat yang sama.
Selain itu adalah sifat kesemasaan sebab dan akibat, serta sifat relasi
eksistensial antara sebab dan akibat.
Prinsip kausalitas adalah hukum dasar alam. Karena tanpa menerima prinsip
kausalitas sebagai hukum dasar alam, yang merupakan salah satu dari the very properties of being,
tidak mungkin kita meniscayakan satu hukum apa pun yang bersifat umum bagi
alam,dan dia bukanlah merupakan hasil
“korespondensi” atau “penghubung-hubungan” yang dilakukan oleh rasio manusia
berdasarkan pengalaman inderawinya, sebagai-mana yang dikatakan oleh sebagian
orang. Karena bahkan semua pengalaman inderawi kehilangan maknanya,
bahkan seluruh alam materi tidak bisa ditahkik keberadaannya tanpa menerima
prinsip kausalitas dulu sebelumnya.Dan
bagaimana mungkin sebagian orang tersebut menjelaskan adanya hal - hal
yang berkorespondesi secara berulang - ulang tapi tidak diyakini mempunyai
hubungan kausalitas. Misalnya sesudah malam datanglah siang dan sesudah
siang datanglah malam. Kenapa tidak ada seorangpun yang berfikir bahwa siang
adalah penyebab malam dan malam adalah penyebab siang?
Maka, mestilah diterima ke - obyektif - an prinsip kausalitas, dan
meyakini bahwa prinsip ini bukanlah prinsip psikologis saja. Sehingga dengan mata kausalitas
mestilah diterima adanya penyebab seluruh alam materi ini, yang pasti bukanlah
alam materi itu sendiri, atau sebagian darinya, karena materi bukanlah
keberadaan sehingga mesti selalu memerlukan sebab untuk mengada. Sungguh ini
adalah merupakan bukti yang terang tentang adanya alam immaterial, yang
sebagian orang menyebutnya alam spiritual atau alam intelligebles. [1]
“Sebab” sebagai sesuatu yang
melahirkan akibat mempunyai banyak pengertian:
a. Dilihat dari kemestian adanya:ada sebab yang
mesti (necessary cause)dan sebab yang menjadikan (sufficient cause).
Sebab yang mestinya adalah suatu
keadaan bila tidak ada maka akibatnya pun tidak ada.tetapi dengan adanya akibat
sebab itu tidak harus terjadi.contoh:api menyebabkan adanya kebakaran
rumah.tanpa adanya api kebakaran rumah tidak harus terjadi.Sedangkan sebab yang
menjadikan adalah adanya sesuatu menyebabkan timbulnya akibat.tidak adanya
sebab akibatpun tidak ada.atau dengan kata lain,adanya sebab adanya
akibat,tidak adanya sebab tidak adanya akibat.
Contoh: adanya api menimbulkan
adanya panas.jika api tidak ada maka panas pun tidak ada.contoh lain adanya
lampu menyebabkan terang ruangan,maka tidak adanya lampu ruangan pun tidak
terang.terbitnya matahari mengakibatkan adanya pagi.tanpa matahari terbit
pagipun tidak ada.
b. Dilihat
dari jaraknya dengan akibat:ada sebab yang langsung(dekat)ada sebab yang
jauh.
Yang
dimaksud dengan sebab yang langsung (dekat) ialah sebab yang langsung
mengakibatkan peristiwa setelah sebab itu terjadi.sedangkan sebab jauh ialah
sebab yang mengakibatkan adanya peristiwa lain setelahnya tapi diselingi oleh
beberapa sebab yang lain.Contoh dalam kasus dapat kita lihat berikut ini:
Tewasnya
seorang mahasiswa.ia tewas ketika mobilnya berjalan dengan kecepatan tinggi
ditabrak oleh mobil lain.ia mengendarai sebuah mobil.ketika lampu lalu lintas
masih merah ia tetap jalan sehingga mobil yang berlawanan arah menabraknya dan
sekaligus menewaskannya.mengapa ketika lampu merah ia terus berjalan ,karena ia
tergesa-gesa ingin sampai ke kampus.kenapa ia tergesa-gesa,karena ia akan
mengikuti ujian ,sedang hari sudah siang,ia berangkat terlambat,kenapa ia
berangkat terlambat,karena malam hari ia bergadang.kenapa ia bergadang, karena
belajar untuk ujian besok dan seterusnya.disini kita lihat ada beberapa sebab
yang menyebabkan kematian si mahasiswa.namun kalau kita cermati ada penyebab
langsung yaitu melanggar lalu lintas hingga ditabrak oleh mobil lain,sedangkan
sebab jauhnya adalah mengikuti ujian.
c. Dilihat
dari akibat yang ditimbulkan.
Ada sebab
yang satu menimbulkan akibat yang satu juga seperti: terlau tegangmengakibatkan
pingsan, tekanan darah tinggi menyebabkan penyakit struk.dan sebagainya.
Ada juga
sebab yang satu menyebabkan akibat yang banyak,contoh: kemiskinan bisa
menyebabkan kelaparan, kekafiran, pencurian, kebodohan, pelacuran, dan
sebagainya.Ada juga sebab yang banyak menyebabkan akibat yang satu, contoh:
keracunan, tertembak, penyakit livers, sars. kesemuanya ini menyebabkan akibat
yang satu yaitu kematian.[2]
B.
PROBABILITAS
Dalam
kamus besar Bahasa Indonesia Probabilitas adalah kemungkinan. Peluang atau
kebolehjadian atau dikenal juga sebagai probabilitas adalah cara untuk
mengungkapkan pengetahuan atau kepercayaan bahwa suatu kejadian akan berlaku
atau telah terjadi . Secara umum Probabilitas dapat dipahami sebagai suatu
nilai dari 0 s/d 1 yang menunjukkan seberapa besar kemungkinan terjadinya suatu
peristiwa. Sedikitnya terdapat dua hal penting yang perlu digarisbawahi dari
pengertian di atas yaitu mengenai kemungkinan (peluang) dan pengertian tentang
kejadian.Suatu kejadian (event), adalah sekumpulan atau lebih dari hasil-hasil
yang mungkin pada suatu eksperimen. Adapun hasil (outcome) adalah sekumpulan
data yang merupakan seluruh hasil dari eksperimen. Sedangkan eksperimen
(experiment) sendiri menjelaskan suatu proses yang dilakukan untuk mendapatkan
hasil-hasil yang dapat diamati lebih jauh.
Membicarakan
kemungkinan terjadinya sesuatu maka sama saja dengan membicarakan hal yang
belum terjadi. Dalam statistika, lingkup yang membicarakan mengenai hal yang
belum terjadi atau memperkirakan sesuatu yang "besar" (populasi)
berdasarkan informasi dari sebagian kecil yang diambil dari sesuatu yang besar
tersebut (sampel) adalah lingkup statistika inferensia.[3]
1. Macam-macamProbabiltas.
Ada 2 macam probabilitas:
a. Probabilitas
a priori, yaitu probabilitas yang disusun berdasarkanakal, bukan atas
pengalaman. Seperti untuk mengetahui peluang keluarnya mata dadu maka
berpeluang 1/6, karena jumlah mata dadau ada 6.
b. Probabilitas
relative frekuensi, yaitu probabilitas yang disusun berdasarkan statistic atau
fakta empiris. Disini didasarkan oleh fakta-fakta yang sering terjadi. Seperti
setiap wanita berusia 26 tahun memiliki probabilitas 971 yangdapat mencapai
umur 27 tahun, artinya dari 1000 wanita umur 26 tahun akan meninggal sebanyak
29 orang.
2. Ilmu dan Probabilitas
Berdasarkan kenyataan bahwa teori
generalisasi dan kausalitas bersifat probabilitas, maka ilmu-ilmu tidak pernah
memberi keterangan yang pasti tentang peristiwa-peristiwa. Teori dan keterangan
yang diberikannya bersifat kemungkinan. ini perlu kita sadari bahwa ilmu itu
tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat mutlak. Ia
berbeda dengan ilmu pedukunan yang berani menyatakan misalnya:”Minumlah ini,
anda pasti sembuh” ilmu paling-paling menyatakan: Minumlah obat ini,
kemungkinan besar anda akan sembuh”. Meskipun penjelasan yang diberikan oleh
ilmu adalah penjelasan probabilitik, namun probailistik yang dapat
dipertanggung jawabkan, karena ia disusun berdasarkan pengalaman.
Teori ilmu memberikan kepada kita
pengetahuan sebagai dasar kita mengambil keputusan. Keputusan yang kita ambil
berdasarkan keterangan keilmuwan itu, dengan memandang resiko yang bakal kita
hadapi. Meskipun ramalan cuaca memberikan kemungkinan 0,8 tidak akan hujan
(tidak memberikan 1,00 pasti tidak hujan), toh dari keterangan ini kita bisa
mengambil keputusan. Ramalan 0,8 tidak akan turun hujan berarti ada peluang 0,2
untuk turun hujan. Bila kita hendak bepergian meskipun kita tahu ada peluang
0,2 turun hujan, toh kita tidak akan mengurungkan niat kita, karena sudah cukup
bagi kita jaminan 0,8 tidak akan turun hujan. jika kita mempunyai penyakit yang
bila kena air hujan akan kambuh sedemikian hebatnya, maka kita akan ragu-ragu
untuk memutuskan pergi. kalaupun kita memutuskan pergi kita akan memakai jaket,
payung dan alat penutup lainnya yang lebih rapat. jadi tindakan yang akan kita
ambil berdasarkan resiko yang mungkin timbul dari pilihan kita berkaitan dengan
probabilitas ilmu bagi kehidupan kita.[4]
C.
KEKELIRUAN BERFIKIR
Setelah
kita pelajari sekian jauh tentang cara – cara berpikir benar, melalui metode
deduksi dan induksi, kini kita dapat kumpulkan kekeliruan – kekeliruan berpikir
yang sering terjadi.
1. KEKELIRUAN FORMAL
a.
Menggunakan empat term
dalam silogisme (Fallacy of Four Terms)
Ini terjadi karena term
penengah diartikan ganda, sedangkan dalam patokan diharuskan hanya terdiri tiga
term, seperti: “Semua perbuatan mengganggu orang lain diancam dengan hukuman,
Menjual barang dibawah harga tetangganya adalah mengganggu kepentingan orang
lain. Jadi menjual harga dibawah tetangganya diancam dengan hukuman”.
b.
Kedua term penengah
tidak mencakup (Fallacy of Undistributed Middle)
Kekeliruan berfikir
karena tidak satupun dari kedua term penengan mencakup, seperti: “Orang yang
terlalu banyak belajar kurus. Dia kurus sekali, karena itu tentulah dia banyak
belajar”.
c.
Proses tidak benar (Fallacy
of Illicit Process)
Kekeliruan berfikir
karena term premis tidak mencakup (undistributed) tetapi dalam konklusi
mencakup, seperti: “Kura-kura adalah binatang melata. Ular bukan kura-kura,
karena itu ia bukan binatang melata”.
d.
Menyimpulkan dari dua premis yang negatif (Fallacy of Two Negative
Premises)
Kekeliruan berfikir
karena mengambil kesimpulan dari dua premis negatif. Apabila terjadi demikian
sebenarnya tidak bisa ditarik konklusi, seperti: “Tidak satupun barang baik itu
murah dan semua barang di toko itu adalah tidak murah, jadi kesemua barang di
toko itu adalah baik”.
e.
Mengakui akibat (Fallacy
of Affirming the Consequent)
Kekeliruan berfikir
dalam silogisme hipotetika karena membenarkan akibat kemudian membenarkan pula
sebabnya, seperti: “Bila pecah perang harga barang-barang naik. Sekarang harga
barang naik, jadi perang telah pecah”.
f.
Menolak sebab (Fallacy
of Denying Antecedent)
Kekeliruan berfikir
dalam silogisme hipotetika karena mengingkari sebab kemudian disimpulkan bahwa
akibat juga tidak terlaksana, seperti: “Bila permintaan bertambah harga naik.
Nah, sekarang permintaan tidak bertambah, jadi harga tidak naik”.
g.
Bentuk disyungtif (Fallacy of Disjunction)
Kekeliruan berfikir
tejadi dalam silogisme disyungtif karena mengingkari alternatif pertama,
kemudian membenarkan alternatif lain. Padahal menurut patokan, pengingkaran
alternatif pertama, bisa juga tidak terlaksananya alternatif yang lain,
seperti: “Dia lari ke Jakarta atau ke Bandung. Ternyata tidak di Bandung,
berarti dia ada di Jakarta”. (Dia bisa tidak di Bandung maupun di Jakarta)
h.
Tidak konsisten (Fallacy
of Inconsistency)
Kekeliruan berpikir
karena tidak runtutnya pernyataan yang satu dengan pernyataan yang diakui
sebelumnya, seperti: “Anggaran Dasar organisasi kita sudah sempurna; kita perlu
melengkapi beberapa fasal agar komplit”.
2. KEKELIRUAN NON FORMAL
a. Kekeliruan karena membuat generalisasi yang terburu-buru
Yaitu
mengambil kesimpulan umum dari kasus individual yang terlampau sedikit,
sehingga kesimpulan yang ditarik melampaui batas lingkungannya.
Contoh : Dia orang Islam mengapa
membunuh. Kalau begitu orang Islam memang jahat.
b. Kekeliruan karena memaksakan praduga
Kekeliruan
berfikir ini karena menetapkan kebenaran suatu dugaan.
Contoh
: Dua orang berbincang dengan berbisik-bisik. Kemudian datang seorang yang
hubungannya kurang baik dengan salah satu orang diantara mereka. Lalu orang
yang datang itu berkata “kau memang tidak suka pada ku. Kejelekanku kau siarkan
kemana-mana”. (pada dua orang tadi sedang berbincang permalahan lain)
c. Karena mengundang permasalahan
Kekeliruan
model ini karena mengambil konklusi dari premis yang sebenarnya harus
dibuktikan terlebih dahulu kebenarannya.
Contoh
: Sudiro memang anak orang kaya, karena setiap hari kendaraannya selalu
berganti. (disini orang hendak membuktikan bahwa Sudiro anak orang kaya, tanpa
melihat bagaimana keadaan orang tua Sudiro).
d. Karena menggunakan argumen yang
berputar
Hal ini karena menarik konklusi dari
satu premis, kemudian konklusi itu dijadikan premis sedangkan premis semula
dijadikan konklusi argumen berikutnya.
Contoh : Aktifis-aktifis mahasiswa
kampus X orangnya dekil, karena mereka orangnya jorok. Mengapa mereka jorok?
Kemudian dijawab karena mereka aktifis mahasiwa kampus X.
e. Kekeliruan karena berganti dasar
Kekeliruan berpikir karena mengambil
kesimpulan yang tidak diturunkan dari premisnya. Jadi mengambil kesimpulan
melompat dari dasar semula.
Contok : Bentuk tulisannya bagus
jadi ia adalah anak yang pandai.Ia kelak akan menjadi mahaguru yang cerdas
karena orang tuanya kaya.
f. Kekeliruan karena mendasarkan pada
otoritas
Kekeliruan
berpikir karena mendasarkan diri pada kewibawaan atau kehormatan seseorang
dipergunakan untuk permasalahn diluar otoritas ahli tersebut
contoh
: Pisau cukur ini sangat baik, sebab Dedi Mizwar selalu menggunakannya. (Dedi
Mizwar adalah seorang actor dan sutradara, dia tidak mempunyai otoritas untuk
menilai bagusnya logam yang dipakai untuk membuat pisau cukur)
g. Kekeliruan karena mendasarkan diri
pada kekuasaan
kekeliruan berpikir karena
berargumen dengan kekuasaan yang dimiliki, seperti menolak pendapat/argument
seorang dengan menyatakan : “Kau masih juga membantah pendapatku. kau paru satu
tahun duduk diperguruan tinggi sedang aku adalah dosenmu”.
i.
Kekeliruan karena menyerang pribadi
kekeliruan
berpikir karena menolak argument yang dikemukakan seseorang dengan menyerang
pribadinya.
Contoh
: Dia adalah seorang yang brutal, jangan dengarkan pendapatnya.
j.
Kekeliruan karena kurang tahu
kekeliruan
berpikir karena menganggap bila lawan bicara tidak bias membuktikan kesalahan
argumentasinya, dengan sendirinya argumentasi yang dikemukakannya benar.
contoh
: kalau kau tidak bias membuktikan bahwa aku pencurinya maka teranglah
pendapatku benar, bahwa kau sendiri yang lupa menaruh dompetmu.
k.
Kekeliruan karena pertanyaan yang ruwet
kekeliruan
berpikir karena mengajukan pertanyaan yang bersifat menjebak.
Contoh
: Jadi anda sekarang sudah berhenti dari kebiasaan menganiaya istri anda?
(padahal yang ditanya tidak pernah menganiaya istrinya). Jika ini dijawab “ya”
berarti orang itu pernah memiliki kebiasaan menganiaya istrinya, Jika dijawab
“tidak” berarti sampai saat ini ia masih suka menganiaya istrinya.
l.
Kekeliruan karena alasan yang
sederhana
Hal
ini karena berargumentasi dengan alas an yang tidak kuat atau tidak cukup
bukti. Contoh :
Kendaraan
buatan Honda adalah yang terbaik karena banyak peminatnya.
m.
kekeliruan karena menetapkan sifat
Kekeliruan
ini karena menetapkan sifat bukan keharusan yang ada pada suatu benda bahwa
sifat itu tetap ada selamanya.
Contoh
: Daging yang kita makan hari ini adalah dibeli kemarin. Daging yang dibeli
kemarin adalah daging mentah. Jadi kita hari ini makan daging mentah.
n.
Kekeliruan karena argumen yang tidak relevan
Kekeliruan berpikir ini karena
mengajukan argumen yang tidak ada hubungannya dengan masalah pokok.
Contoh
: Kau tidak mau mengenakan baju yang aku belikan. Apakah engkau mau telanjang
ke perjamuanmu itu?
o.
Kekeliruan karena salah mengambil analogi
Kekeliruan
berpikir karena menganalogikan dua permasalahn yang kelihatannya mirip, tetapi
sebenarnya berbeda secara mendasar.
Contoh
: Seniman patung memerlukan bahan – bahan dalam membuat karya – karyanya. Jadi
Tuhan juga memerlukan bahan – bahan dalam menciptakan makhluk-Nya.
p.
Kekeliruan karena mengundang belas kasihan
Kekeliruan
berpikir ini karena menggunakan uraian yang sengaja menarik belas kasihan untuk
mendapatkan konklusi yang diharapkan.
Contoh
: pembelaan penasihat hukum Gayus H.T yang menjadi tersangka dalam kasus mafia
pajak. “saya sampaikan pada anda (para hakim), buka itu kepentingan Gayus
tetapi menyangkut permasalahan yang panjang, ke masa yang lampau dan ke masa
yang akan datang menyangkut seluruh kehidupan orang – orang yang menggantungkan
hidupnya dari perusahaan – perusahaan itu. Sekali lagi saya katakan bukan untuk
Gayus tetapi untuk orang-orang yang bangun pagi dan pulang malam, mengorbankan
kehidupan dan kesenangan, bekerja keras demi menafkahi keluarga mereka baik
secara lahir maupun batin.[5]
3. KEKELIRUAN KARENA PENGGUNAAN BAHASA
a. Kekeliruan karena komposisi
Hal
ini karena menetapkan sifat sebagian untuk menyifati keseluruhan.
Contoh
: Abdul Basyir adalah tentara, karenanya mahasiswa F. Dakwah semester 3 sangat
disiplin.
b. Kekeliruan dalam pembagian
Hal
ini karena menetapkan sifat yang ada pada keseluruhannya, maka demikian juga
setiap bagiannya.
Contoh:
Di Perguruan Tinggi mahasiswa belajar hokum, ekonomi, politik, sejarah, sastra,
teknik, kedoteran, karena itu setiap mahasiswa tentulah mempelajari semua
ilmu-ilmu tersebut.
c. Kekeliruan karena tekanan
Hal
ini karena kekeliruan dalam memberi tekanan dalam pengucapan.
Contoh:
Kita tidak boleh memaki-maki kawan. (maksudnya adalah tidak boleh memaki
siapapun, tetapi karena tidak adanya tekanan pada “memaki-maki” maka artinya
menjadi lain).
d. Kekeliruan karena amfiboli
Hal
ini karena menggunakan susunan kalimat yang dapat ditafsirkan berbeda-beda.
Contoh : seorang anak muda datang kepada seorang paramal, apakah judi pertama
yang akan ia ikuti nanti akan menang atau kalah. Jawaban sang peramal “anda
akan mendapat pengalaman yang bagus”. Atas jawaban ini ia sangat puas dan
menyimpulkan ia akan menang. Ternyata ia kalah. Waktu kembali ke tempat tukang
ramal ia menanyakan mengapa ramalannya meleset, tukang ramal itu menjawab “Saya
benar, sebab dengan kekalahan ini anda mendapat pengalaman yang bagus, bahwa
judi itu membawa penderitaan”.
e. Kekeliruan karena menggunakan kata
dalam beberapa arti
Kekeliruan
ini karena menggunakan kata yang sama dengan arti lebih dari satu.
Contoh
: Gajah adalah binatang, jadi gajah kecil adalah binatang yang kecil.
4. KEKELIRUAN
DALAM PENALARAN KAUSALITAS
Kekeliruan yang sering terjadi di kalangan orang-orang yang
kurang cermat berfikir adalah Post hoc propter hoc artinya suatu
penalaran yang menyatakan bahwa ini terjadi sesudah itu terjadi, maka ini
merupakan akibat dari itu. Dengan kata lain, suatu kekeliruan karena mengakui
sesuatu yang terjadi berurutan maka peristiwa yang kedua merupakan akibat dari
peristiwa pertama atau yang mendahuluinya. Kita telah mengetahui bahwa untuk
membuktikan hubungan sebab akibat suatu peristiwa tentu tidak sekedar
menyimpulkan bahwa peristiwa kedua merupakan akibat dari peristiwa pertama.
Contoh kasar dari cara penalran ini adalah:
Kita memang sering menjumpai orang-orang bernalar Post
hoc propter hoc. Contoh klasik bernalar ini dapat kita jumpai pada
kisah John Stuart Mill, yang menceritakan bagaimana sekelompok penduduk
menyatakan bahwa pasir apung yang terbentuk di pantai disebabkan oleh menara
gereja yang didirikan disitu, mereka berkata:”Sebelum menra gereja Tenterton
ini dibangun, tidak ada pasir apung di pantai. Tetapi segera sesudah menara itu
dibangun, pasir apung itu muncul”.
Kekeliruan
bernalar serupa, tidak saja melanda orang yang tidak terdidik, tetapi dapatjuga
kita temukan di antara orang-orang yang mengecap pendidikan cukup. Ditanyakan
kepada sekelompok orang, mengapa kebudayaan Romawi Yunani musnah? Sering benar
mengherankan bahwa jawaban yang diberikan bukanlah atas pertimbangan hokum
kausalitas yang cukup, melainkan dengan jawaban yang sederhana karena
kekaisaran Romawi runtuh. Bahwa kemusnahan kebudayaan Rmawi Yunani terjadi
sesudah kekaisaran Romawi benar-benar hancur, tetapi bila disimpulkan bahwa
kebudayaan Romawi Yunani hancur karena runtuhnya kekaisaran Romawi ini adalah
cara bernalar Post hoc propter hoc.
Kekeliruan
serupa dapat kita jumpai dalamkeyakinan yang tersebar secara luas bahwa
bencana-bencana yang melanda dunia sejak tahun 1918 disebabkan oleh Perang Dunia.
Di Inggris, dahulu orang berkeyakinan bahwa meningkatnya kemakmuran merupakan
akibat pasti dari diberlakukanya Perdagangan Bebas. Sedankan di Jerman
meningkatnya kemakmuran merupakan kejadian yang mengikuti kebijakan Bea
Perlindungan.
Jelas,
kekeliruan ini terjadi karena melihat peristiwa yang ada secara sepintas. Untuk
menentukan bahwa suatu peristiwa itu merupakan sebab bagi peristiwa lainnya
tidaklah sekedar menunjuk bahwa peristiwa pertama adalah sebab dari peristiwa
yang kedua. Kita harus dapat menjelaskan secara cermat bahwa kedua peristiwa
itu memang mempunyai hubungan yang pasti (necessary connection). Apabila
peristiwa kedua tidak mempunyai hubungan relevan dan pasti dengan peristiwa
pertama, maka bertentangan dengan hokum-hukum yang telah diketahui.[6]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Dari berbagai macam uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa:
Probabilitas adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa antara 0 s/d 1
Probabilitas adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa antara 0 s/d 1
2. Macam- macam probabilitas ada dua
yaitu: Probabilitas a priori yaitu probabilitas yang disusun berdasarkan
perhitungan akal, bukan atas dasar pengalaman dan Probabilitas relative
frekuensi, yaitu probabilitas yang disusun berdasarkan statistic atas
fakta-fakta empiris
3. Teori generalisasi dan kausalitas
bersifat probabilitas, maka ilmu-ilmu tidak pernah memberi keterangan yang
pasti tentang peristiwa-peristiwa. Teori ilmu memberikan kepada kita
pengetahuan sebagai dasar kita mengambil keputusan
Kini dapat kita kumpulkankan kekeliruan-kekeliruan berfikir yang sedang
terjadi. Secara garis besar kita telah mempelajari ilmu logika
berarti secara teoritis sudah dapat menggunakan akal kecerdasan daripada
sebelumnya. Namun ada baiknya bila kita mempelajari juga kesalahan-kesalahan
berpikir yang mungkin dapat kita perbuat atau mungkin diperbuat orang lain
kepada kita.
Sesat pikir (fallacia, Latin atau fallacy, Inggris)
ialah kekeliruan penaralan yang disebabkan oleh pengambilan kesimpulan yang
tidak sahih dengan melanggar ketentuan-ketentuan logika atau susunan dan
penggunaan bahasa serta penekanan kata yang secara sengaja atau tidak, telah
menyebabkan pertautan atau asoiasi gagasan tidak tepat. Biasanya, sesat pikir
tidak dapat segera diketahui karena sepintas lalu, tampak seolah-olah benar
tetapi sesungguhnya keliru. Jika pelaku sesat pikir itu tidak menyadari akan
sesat pikir yang dilakukannya, hal itu disebut paralogisme. Namun apabila sesat pikir itu dilakukan dengan
sengaja untuk menyesatkan orang lain, disebut sofisme.
B.
Saran
Saran yang dapat
penulis sampaikan adalah gunakanlah probabilitas ini untuk keperluan yang baik
dan bermanfaat bagi diri sendiri atau orang banyak. Jangan sekali-kali menjadi
musyrik dengan pengetahuan tentang probabilitas ini. Semua yang akan terjadi
atau yang telah terjadi yakinlah itu semua telahdirencanakan oleh Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Shidik,
Sapiudin. 2004. Diktat Perkuliahan Ilmu Mantiq (Logika). Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah.
Gramedia
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Syahrial Syarbaini, MA, Ph.D. FILSAFAT
UMUM 1
Poedjawijatna.
Logika Filsafat Berpikir. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002
Tiam Dahri
Sunardji. Buku Ajar Langkah-Langkah Berpikir Logis. Pamekasan : Stain Pamekasan
Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar