Kamis, 03 Maret 2016



MAKALAH FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA
JUDUL: HUBUNGAN KAUSALITAS,PEMIKIRAN DAN PENJELASAN TEORI,PROBABILITAS DAN KEKELIRUAN BERFIKIR
DOSEN PENGAMPU : WIRA SUGIARTO,S.IP, M.Pd.I

DISUSUN OLEH KELOMPOK IX :
MUHAMMAD ROMSYAH
HUDRIYANTO
SULAIMAN
JAMALUDDIN


JURUSAN TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI  PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI
( STAIN ) BENGKALIS
2016 M/ 1437 H
                                                                             

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A.    Latar Belakang............................................................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah......................................................................................................... 1
C.     Tujuan Masalah............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 2
A.    PENGERTIAN HUKUM SEBAB AKIBAT (KAUSALITAS) ............................... 2
B.     PROBABILITAS........................................................................................................ 4
C.     KEKELIRUAN BERFIKIR ......................................................................................  6
1.      KEKELIRUAN FORMAL.................................................................................... 6
2.      KEKLIRUAN NON FORMAL............................................................................. 7
3.      KEKLIRUAN PENGGUNAAN BAHASA......................................................... 10
4.      KEKLIRUAN DALAM PENALARAN KAUSALITAS.................................... 11
BAB III PENUTUP............................................................................................................ 13
Kesimpulan.......................................................................................................................... 13
Saran.................................................................................................................................... 13
Daftar Pustaka..................................................................................................................... 14













KATA PENGANTAR
Assalamu`alaikum, Wr. Wb
Puji dan syukur pemakalah ucapkan kepada Allah SWT. Karena berkat limpahan Rahmat dan Hidayah serta petunjuk-Nya, pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini yang membahas tentang “Hubungan Kausalitas,Pemikiran dan Penjelasan serta Teori,Probabilitaas dan kekeliruan Berfikir”.
Shalawat dan salam buat Nabi besar Muhammad SAW yang merupakan sosok yang dapat ditauladani dari berbagai hal kehidupan, sehingga perjalanan hidupnya dijadikan sejarah oleh manusia untuk pedoman hidup bagi umatnya.
Dan tak lupa ucapan terima kasih pemakalah kepada Dosen pembimbing dalam mata kuliah Filsafat Ilmu dan  Logika, Orang Tua yang selalu memberikan motivasi, Teman-teman, serta semua pihak yang telah mendukung dalam proses pembuatan makalah ini.
Terakhir, pemakalah sadar bahwa, banyak kekurangan dalam makalah ini, hal ini karena kurangnya sumber rujukan dan kurangnya Ilmu yang pemakalah miliki. Maka pemakalah sangat mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk makalah yang akan datang.

Bengkalis,        Februari 2016




KELOMPOK IX










BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Keyakinan manusia akan hokum kausalitas sudah ada sejak zaman kuno. Bahwa tidak ada satupun peristiwa terjadi secara kebetulan, melainkan semuanya mempunyai sebab yang mendahuluinya, dapat kita telusuri sejak peradaban manusia dalam sejarah. Bukti itu dapat kita temui pada abad kelima sebelum masehi, yaitu pada ucapan seorang Filosof Yunani Leucipos. Nihil fit sine causa (tidaka ada satupun peristiwa yang tidak mempunyai sebab). Namun demikian tidak berarti jauh sebelumnya manusia belum mengenal peristiwa sebab akibat.
Dalam hidup kita sering mengalamai hal-hal yang mungkin pernah kita alami. Dari kejadian yang pernah kita alami tersebut kadang kita bisa memberikan pandangan kepada orang lain yang sedang mengalami kejadian seperti kita dulu.
Bagi mereka yang lebih kreatif kejadian yang pernah dialaminya dimasa lalu atau bahkan kejadian yang dialami orang lain dijadikan ramalan untuk masa depan seseorang yang dipandangnya menyerupai seseorang tadi. Kadang kita dalam hidup ini perlu yakin adanya kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dikemudian hari ketika kita melakukan suatu kegiatan. Hal ini diperlukan untuk menjadikan perhatian dan pertimbangan dalam kita melankah yang kita ambil dari kejadian-kejadian sebelumnya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan kausalitas?
2.      Apa yang dimaksud dengan  Probabilitas?
3.      Bagaimana Probabilitas dalam filsafat ilmu dan logika?
4.      Apa yang dimaksud dengan kekliruan Berfikir?
5.      Bagaimana kekliruan berfikir it terjadi?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui maksud dari kausalitas
2.      Untuk mengetahui Hubungan kausalitas dengan probabilitas dan kekliruan berfikir
3.      Utuk mengetahui maksud dari probabilitas dalaqmq ilmu dan logika
4.      Untuk mengetahui hubungan kausalitas dengan kekliruan  berfikir

BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN HUKUM SEBAB AKIBAT (KAUSALITAS)
Prinsip kausalitas berbunyi , “Segala sesuatu membutuhkan sebab untuk meng - ada, kecuali keberadaan itu sendiri.” Sifat penting kausalitas pertama adalah keselarasan; yaitu satu sebab yang sama akan menghasilkan akibat yang sama. Selain itu adalah sifat kesemasaan sebab dan akibat, serta sifat relasi eksistensial antara sebab dan akibat. 
Prinsip kausalitas adalah hukum dasar alam. Karena tanpa menerima prinsip kausalitas sebagai hukum dasar alam, yang merupakan salah satu dari the very properties of being, tidak mungkin kita meniscayakan satu hukum apa pun yang bersifat umum bagi alam,dan dia bukanlah merupakan hasil “korespondensi” atau “penghubung-hubungan” yang dilakukan oleh rasio manusia berdasarkan pengalaman inderawinya, sebagai-mana yang dikatakan oleh sebagian orang. Karena bahkan semua pengalaman inderawi kehilangan maknanya, bahkan seluruh alam materi tidak bisa ditahkik keberadaannya tanpa menerima prinsip kausalitas dulu sebelumnya.Dan bagaimana mungkin sebagian orang tersebut menjelaskan adanya hal - hal yang berkorespondesi secara berulang - ulang tapi tidak diyakini mempunyai hubungan kausalitas. Misalnya sesudah malam datanglah siang dan sesudah siang datanglah malam. Kenapa tidak ada seorangpun yang berfikir bahwa siang adalah penyebab malam dan malam adalah penyebab siang?
Maka, mestilah diterima ke - obyektif - an prinsip kausalitas, dan meyakini bahwa prinsip ini bukanlah prinsip psikologis saja. Sehingga dengan mata kausalitas mestilah diterima adanya penyebab seluruh alam materi ini, yang pasti bukanlah alam materi itu sendiri, atau sebagian darinya, karena materi bukanlah keberadaan sehingga mesti selalu memerlukan sebab untuk mengada. Sungguh ini adalah merupakan bukti yang terang tentang adanya alam immaterial, yang sebagian orang menyebutnya alam spiritual atau alam intelligebles. [1]
“Sebab” sebagai sesuatu yang melahirkan akibat mempunyai banyak pengertian:
a.        Dilihat dari kemestian adanya:ada sebab yang mesti (necessary cause)dan sebab yang menjadikan (sufficient cause).
Sebab yang mestinya adalah suatu keadaan bila tidak ada maka akibatnya pun tidak ada.tetapi dengan adanya akibat sebab itu tidak harus terjadi.contoh:api menyebabkan adanya kebakaran rumah.tanpa adanya api kebakaran rumah tidak harus terjadi.Sedangkan sebab yang menjadikan adalah adanya sesuatu menyebabkan timbulnya akibat.tidak adanya sebab akibatpun tidak ada.atau dengan kata lain,adanya sebab adanya akibat,tidak adanya sebab tidak adanya akibat.
Contoh: adanya api menimbulkan adanya panas.jika api tidak ada maka panas pun tidak ada.contoh lain adanya lampu menyebabkan terang ruangan,maka tidak adanya lampu ruangan pun tidak terang.terbitnya matahari mengakibatkan adanya pagi.tanpa matahari terbit pagipun tidak ada.

b.      Dilihat dari jaraknya dengan akibat:ada sebab yang langsung(dekat)ada sebab yang jauh.
Yang dimaksud dengan sebab yang langsung (dekat) ialah sebab yang langsung mengakibatkan peristiwa setelah sebab itu terjadi.sedangkan sebab jauh ialah sebab yang mengakibatkan adanya peristiwa lain setelahnya tapi diselingi oleh beberapa sebab yang lain.Contoh dalam kasus dapat kita lihat berikut ini:
Tewasnya seorang mahasiswa.ia tewas ketika mobilnya berjalan dengan kecepatan tinggi ditabrak oleh mobil lain.ia mengendarai sebuah mobil.ketika lampu lalu lintas masih merah ia tetap jalan sehingga mobil yang berlawanan arah menabraknya dan sekaligus menewaskannya.mengapa ketika lampu merah ia terus berjalan ,karena ia tergesa-gesa ingin sampai ke kampus.kenapa ia tergesa-gesa,karena ia akan mengikuti ujian ,sedang hari sudah siang,ia berangkat terlambat,kenapa ia berangkat terlambat,karena malam hari ia bergadang.kenapa ia bergadang, karena belajar untuk ujian besok dan seterusnya.disini kita lihat ada beberapa sebab yang menyebabkan kematian si mahasiswa.namun kalau kita cermati ada penyebab langsung yaitu melanggar lalu lintas hingga ditabrak oleh mobil lain,sedangkan sebab jauhnya adalah mengikuti ujian.


c.       Dilihat dari akibat yang ditimbulkan.
Ada sebab yang satu menimbulkan akibat yang satu juga seperti: terlau tegangmengakibatkan pingsan, tekanan darah tinggi menyebabkan penyakit struk.dan sebagainya.
Ada juga sebab yang satu menyebabkan akibat yang banyak,contoh: kemiskinan bisa menyebabkan kelaparan, kekafiran, pencurian, kebodohan, pelacuran, dan sebagainya.Ada juga sebab yang banyak menyebabkan akibat yang satu, contoh: keracunan, tertembak, penyakit livers, sars. kesemuanya ini menyebabkan akibat yang satu yaitu kematian.[2]
B.     PROBABILITAS
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia Probabilitas adalah kemungkinan. Peluang atau kebolehjadian atau dikenal juga sebagai probabilitas adalah cara untuk mengungkapkan pengetahuan atau kepercayaan bahwa suatu kejadian akan berlaku atau telah terjadi . Secara umum Probabilitas dapat dipahami sebagai suatu nilai dari 0 s/d 1 yang menunjukkan seberapa besar kemungkinan terjadinya suatu peristiwa. Sedikitnya terdapat dua hal penting yang perlu digarisbawahi dari pengertian di atas yaitu mengenai kemungkinan (peluang) dan pengertian tentang kejadian.Suatu kejadian (event), adalah sekumpulan atau lebih dari hasil-hasil yang mungkin pada suatu eksperimen. Adapun hasil (outcome) adalah sekumpulan data yang merupakan seluruh hasil dari eksperimen. Sedangkan eksperimen (experiment) sendiri menjelaskan suatu proses yang dilakukan untuk mendapatkan hasil-hasil yang dapat diamati lebih jauh.
Membicarakan kemungkinan terjadinya sesuatu maka sama saja dengan membicarakan hal yang belum terjadi. Dalam statistika, lingkup yang membicarakan mengenai hal yang belum terjadi atau memperkirakan sesuatu yang "besar" (populasi) berdasarkan informasi dari sebagian kecil yang diambil dari sesuatu yang besar tersebut (sampel) adalah lingkup statistika inferensia.[3]
1.      Macam-macamProbabiltas.
Ada 2 macam probabilitas:
a.       Probabilitas a priori, yaitu probabilitas yang disusun berdasarkanakal, bukan atas pengalaman. Seperti untuk mengetahui peluang keluarnya mata dadu maka berpeluang 1/6, karena jumlah mata dadau ada 6.
b.      Probabilitas relative frekuensi, yaitu probabilitas yang disusun berdasarkan statistic atau fakta empiris. Disini didasarkan oleh fakta-fakta yang sering terjadi. Seperti setiap wanita berusia 26 tahun memiliki probabilitas 971 yangdapat mencapai umur 27 tahun, artinya dari 1000 wanita umur 26 tahun akan meninggal sebanyak 29 orang.
2.       Ilmu dan Probabilitas
Berdasarkan kenyataan bahwa teori generalisasi dan kausalitas bersifat probabilitas, maka ilmu-ilmu tidak pernah memberi keterangan yang pasti tentang peristiwa-peristiwa. Teori dan keterangan yang diberikannya bersifat kemungkinan. ini perlu kita sadari bahwa ilmu itu tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat mutlak. Ia berbeda dengan ilmu pedukunan yang berani menyatakan misalnya:”Minumlah ini, anda pasti sembuh” ilmu paling-paling menyatakan: Minumlah obat ini, kemungkinan besar anda akan sembuh”. Meskipun penjelasan yang diberikan oleh ilmu adalah penjelasan probabilitik, namun probailistik yang dapat dipertanggung jawabkan, karena ia disusun berdasarkan pengalaman.
Teori ilmu memberikan kepada kita pengetahuan sebagai dasar kita mengambil keputusan. Keputusan yang kita ambil berdasarkan keterangan keilmuwan itu, dengan memandang resiko yang bakal kita hadapi. Meskipun ramalan cuaca memberikan kemungkinan 0,8 tidak akan hujan (tidak memberikan 1,00 pasti tidak hujan), toh dari keterangan ini kita bisa mengambil keputusan. Ramalan 0,8 tidak akan turun hujan berarti ada peluang 0,2 untuk turun hujan. Bila kita hendak bepergian meskipun kita tahu ada peluang 0,2 turun hujan, toh kita tidak akan mengurungkan niat kita, karena sudah cukup bagi kita jaminan 0,8 tidak akan turun hujan. jika kita mempunyai penyakit yang bila kena air hujan akan kambuh sedemikian hebatnya, maka kita akan ragu-ragu untuk memutuskan pergi. kalaupun kita memutuskan pergi kita akan memakai jaket, payung dan alat penutup lainnya yang lebih rapat. jadi tindakan yang akan kita ambil berdasarkan resiko yang mungkin timbul dari pilihan kita berkaitan dengan probabilitas ilmu bagi kehidupan kita.[4]
C.    KEKELIRUAN BERFIKIR
Setelah kita pelajari sekian jauh tentang cara – cara berpikir benar, melalui metode deduksi dan induksi, kini kita dapat kumpulkan kekeliruan – kekeliruan berpikir yang sering terjadi.
1.      KEKELIRUAN FORMAL
a.       Menggunakan empat term dalam silogisme (Fallacy of Four Terms)
Ini terjadi karena term penengah diartikan ganda, sedangkan dalam patokan diharuskan hanya terdiri tiga term, seperti: “Semua perbuatan mengganggu orang lain diancam dengan hukuman, Menjual barang dibawah harga tetangganya adalah mengganggu kepentingan orang lain. Jadi menjual harga dibawah tetangganya diancam dengan hukuman”.
b.         Kedua term penengah tidak mencakup (Fallacy of Undistributed Middle)
Kekeliruan berfikir karena tidak satupun dari kedua term penengan mencakup, seperti: “Orang yang terlalu banyak belajar kurus. Dia kurus sekali, karena itu tentulah dia banyak belajar”.

c.       Proses tidak benar (Fallacy of Illicit Process)
Kekeliruan berfikir karena term premis tidak mencakup (undistributed) tetapi dalam konklusi mencakup, seperti: “Kura-kura adalah binatang melata. Ular bukan kura-kura, karena itu ia bukan binatang melata”.
d.       Menyimpulkan dari dua premis yang negatif (Fallacy of Two Negative Premises)
Kekeliruan berfikir karena mengambil kesimpulan dari dua premis negatif. Apabila terjadi demikian sebenarnya tidak bisa ditarik konklusi, seperti: “Tidak satupun barang baik itu murah dan semua barang di toko itu adalah tidak murah, jadi kesemua barang di toko itu adalah baik”.


e.        Mengakui akibat (Fallacy of Affirming the Consequent)
Kekeliruan berfikir dalam silogisme hipotetika karena membenarkan akibat kemudian membenarkan pula sebabnya, seperti: “Bila pecah perang harga barang-barang naik. Sekarang harga barang naik, jadi perang telah pecah”.

f.       Menolak sebab (Fallacy of Denying Antecedent)
Kekeliruan berfikir dalam silogisme hipotetika karena mengingkari sebab kemudian disimpulkan bahwa akibat juga tidak terlaksana, seperti: “Bila permintaan bertambah harga naik. Nah, sekarang permintaan tidak bertambah, jadi harga tidak naik”.

g.       Bentuk disyungtif (Fallacy of Disjunction)
Kekeliruan berfikir tejadi dalam silogisme disyungtif karena mengingkari alternatif pertama, kemudian membenarkan alternatif lain. Padahal menurut patokan, pengingkaran alternatif pertama, bisa juga tidak terlaksananya alternatif yang lain, seperti: “Dia lari ke Jakarta atau ke Bandung. Ternyata tidak di Bandung, berarti dia ada di Jakarta”. (Dia bisa tidak di Bandung maupun di Jakarta)

h.      Tidak konsisten (Fallacy of Inconsistency)
Kekeliruan berpikir karena tidak runtutnya pernyataan yang satu dengan pernyataan yang diakui sebelumnya, seperti: “Anggaran Dasar organisasi kita sudah sempurna; kita perlu melengkapi beberapa fasal agar komplit”.
2.         KEKELIRUAN NON FORMAL
a.        Kekeliruan karena membuat generalisasi yang terburu-buru
Yaitu mengambil kesimpulan umum dari kasus individual yang terlampau sedikit, sehingga kesimpulan yang ditarik melampaui batas lingkungannya.
Contoh : Dia orang Islam mengapa membunuh. Kalau begitu orang Islam memang jahat.
b.       Kekeliruan karena memaksakan praduga
Kekeliruan berfikir ini karena menetapkan kebenaran suatu dugaan.
Contoh : Dua orang berbincang dengan berbisik-bisik. Kemudian datang seorang yang hubungannya kurang baik dengan salah satu orang diantara mereka. Lalu orang yang datang itu berkata “kau memang tidak suka pada ku. Kejelekanku kau siarkan kemana-mana”. (pada dua orang tadi sedang berbincang permalahan lain)
c.       Karena mengundang permasalahan
Kekeliruan model ini karena mengambil konklusi dari premis yang sebenarnya harus dibuktikan terlebih dahulu kebenarannya.
Contoh : Sudiro memang anak orang kaya, karena setiap hari kendaraannya selalu berganti. (disini orang hendak membuktikan bahwa Sudiro anak orang kaya, tanpa melihat bagaimana keadaan orang tua Sudiro).
d.        Karena menggunakan argumen yang berputar
Hal ini karena menarik konklusi dari satu premis, kemudian konklusi itu dijadikan premis sedangkan premis semula dijadikan konklusi argumen berikutnya.
Contoh : Aktifis-aktifis mahasiswa kampus X orangnya dekil, karena mereka orangnya jorok. Mengapa mereka jorok? Kemudian dijawab karena mereka aktifis mahasiwa kampus X.
e.         Kekeliruan karena berganti dasar
Kekeliruan berpikir karena mengambil kesimpulan yang tidak diturunkan dari premisnya. Jadi mengambil kesimpulan melompat dari dasar semula.
Contok : Bentuk tulisannya bagus jadi ia adalah anak yang pandai.Ia kelak akan menjadi mahaguru yang cerdas karena orang tuanya kaya.
f.         Kekeliruan karena mendasarkan pada otoritas
Kekeliruan berpikir karena mendasarkan diri pada kewibawaan atau kehormatan seseorang dipergunakan untuk permasalahn diluar otoritas ahli tersebut
contoh : Pisau cukur ini sangat baik, sebab Dedi Mizwar selalu menggunakannya. (Dedi Mizwar adalah seorang actor dan sutradara, dia tidak mempunyai otoritas untuk menilai bagusnya logam yang dipakai untuk membuat pisau cukur)
g.        Kekeliruan karena mendasarkan diri pada kekuasaan
kekeliruan berpikir karena berargumen dengan kekuasaan yang dimiliki, seperti menolak pendapat/argument seorang dengan menyatakan : “Kau masih juga membantah pendapatku. kau paru satu tahun duduk diperguruan tinggi sedang aku adalah dosenmu”.
i.          Kekeliruan karena menyerang pribadi
kekeliruan berpikir karena menolak argument yang dikemukakan seseorang dengan menyerang pribadinya.
Contoh : Dia adalah seorang yang brutal, jangan dengarkan pendapatnya.

j.         Kekeliruan karena kurang tahu
kekeliruan berpikir karena menganggap bila lawan bicara tidak bias membuktikan kesalahan argumentasinya, dengan sendirinya argumentasi yang dikemukakannya benar.
contoh : kalau kau tidak bias membuktikan bahwa aku pencurinya maka teranglah pendapatku benar, bahwa kau sendiri yang lupa menaruh dompetmu.
k.        Kekeliruan karena pertanyaan yang ruwet
kekeliruan berpikir karena mengajukan pertanyaan yang bersifat menjebak.
Contoh : Jadi anda sekarang sudah berhenti dari kebiasaan menganiaya istri anda? (padahal yang ditanya tidak pernah menganiaya istrinya). Jika ini dijawab “ya” berarti orang itu pernah memiliki kebiasaan menganiaya istrinya, Jika dijawab “tidak” berarti sampai saat ini ia masih suka menganiaya istrinya.

l.         Kekeliruan karena alasan yang sederhana
Hal ini karena berargumentasi dengan alas an yang tidak kuat atau tidak cukup bukti. Contoh :
Kendaraan buatan Honda adalah yang terbaik karena banyak peminatnya.
m.     kekeliruan karena menetapkan sifat
Kekeliruan ini karena menetapkan sifat bukan keharusan yang ada pada suatu benda bahwa sifat itu tetap ada selamanya.
Contoh : Daging yang kita makan hari ini adalah dibeli kemarin. Daging yang dibeli kemarin adalah daging mentah. Jadi kita hari ini makan daging mentah.
n.      Kekeliruan karena argumen yang tidak relevan
Kekeliruan berpikir ini karena mengajukan argumen yang tidak ada hubungannya dengan masalah pokok.
Contoh : Kau tidak mau mengenakan baju yang aku belikan. Apakah engkau mau telanjang ke perjamuanmu itu?
o.      Kekeliruan karena salah mengambil analogi
Kekeliruan berpikir karena menganalogikan dua permasalahn yang kelihatannya mirip, tetapi sebenarnya berbeda secara mendasar.
Contoh : Seniman patung memerlukan bahan – bahan dalam membuat karya – karyanya. Jadi Tuhan juga memerlukan bahan – bahan dalam menciptakan makhluk-Nya.
p.        Kekeliruan karena mengundang belas kasihan
Kekeliruan berpikir ini karena menggunakan uraian yang sengaja menarik belas kasihan untuk mendapatkan konklusi yang diharapkan.
Contoh : pembelaan penasihat hukum Gayus H.T yang menjadi tersangka dalam kasus mafia pajak. “saya sampaikan pada anda (para hakim), buka itu kepentingan Gayus tetapi menyangkut permasalahan yang panjang, ke masa yang lampau dan ke masa yang akan datang menyangkut seluruh kehidupan orang – orang yang menggantungkan hidupnya dari perusahaan – perusahaan itu. Sekali lagi saya katakan bukan untuk Gayus tetapi untuk orang-orang yang bangun pagi dan pulang malam, mengorbankan kehidupan dan kesenangan, bekerja keras demi menafkahi keluarga mereka baik secara lahir maupun batin.[5]
3.      KEKELIRUAN KARENA PENGGUNAAN BAHASA
a.         Kekeliruan karena komposisi
Hal ini karena menetapkan sifat sebagian untuk menyifati keseluruhan.
Contoh : Abdul Basyir adalah tentara, karenanya mahasiswa F. Dakwah semester 3 sangat disiplin.
b.       Kekeliruan dalam pembagian
Hal ini karena menetapkan sifat yang ada pada keseluruhannya, maka demikian juga setiap bagiannya.
Contoh: Di Perguruan Tinggi mahasiswa belajar hokum, ekonomi, politik, sejarah, sastra, teknik, kedoteran, karena itu setiap mahasiswa tentulah mempelajari semua ilmu-ilmu tersebut.
c.       Kekeliruan karena tekanan
Hal ini karena kekeliruan dalam memberi tekanan dalam pengucapan.
Contoh: Kita tidak boleh memaki-maki kawan. (maksudnya adalah tidak boleh memaki siapapun, tetapi karena tidak adanya tekanan pada “memaki-maki” maka artinya menjadi lain).
d.       Kekeliruan karena amfiboli
Hal ini karena menggunakan susunan kalimat yang dapat ditafsirkan berbeda-beda. Contoh : seorang anak muda datang kepada seorang paramal, apakah judi pertama yang akan ia ikuti nanti akan menang atau kalah. Jawaban sang peramal “anda akan mendapat pengalaman yang bagus”. Atas jawaban ini ia sangat puas dan menyimpulkan ia akan menang. Ternyata ia kalah. Waktu kembali ke tempat tukang ramal ia menanyakan mengapa ramalannya meleset, tukang ramal itu menjawab “Saya benar, sebab dengan kekalahan ini anda mendapat pengalaman yang bagus, bahwa judi itu membawa penderitaan”.
e.       Kekeliruan karena menggunakan kata dalam beberapa arti
Kekeliruan ini karena menggunakan kata yang sama dengan arti lebih dari satu.
Contoh : Gajah adalah binatang, jadi gajah kecil adalah binatang yang kecil.
4.      KEKELIRUAN DALAM PENALARAN KAUSALITAS
Kekeliruan yang sering terjadi di kalangan orang-orang yang kurang cermat berfikir adalah Post hoc propter hoc artinya suatu penalaran yang menyatakan bahwa ini terjadi sesudah itu terjadi, maka ini merupakan akibat dari itu. Dengan kata lain, suatu kekeliruan karena mengakui sesuatu yang terjadi berurutan maka peristiwa yang kedua merupakan akibat dari peristiwa pertama atau yang mendahuluinya. Kita telah mengetahui bahwa untuk membuktikan hubungan sebab akibat suatu peristiwa tentu tidak sekedar menyimpulkan bahwa peristiwa kedua merupakan akibat dari peristiwa pertama. Contoh kasar dari cara penalran ini adalah:
Kita memang sering menjumpai orang-orang bernalar Post hoc propter hoc. Contoh klasik bernalar ini dapat kita jumpai pada kisah John Stuart Mill, yang menceritakan bagaimana sekelompok penduduk menyatakan bahwa pasir apung yang terbentuk di pantai disebabkan oleh menara gereja yang didirikan disitu, mereka berkata:”Sebelum menra gereja Tenterton ini dibangun, tidak ada pasir apung di pantai. Tetapi segera sesudah menara itu dibangun, pasir apung itu muncul”.
Kekeliruan bernalar serupa, tidak saja melanda orang yang tidak terdidik, tetapi dapatjuga kita temukan di antara orang-orang yang mengecap pendidikan cukup. Ditanyakan kepada sekelompok orang, mengapa kebudayaan Romawi Yunani musnah? Sering benar mengherankan bahwa jawaban yang diberikan bukanlah atas pertimbangan hokum kausalitas yang cukup, melainkan dengan jawaban yang sederhana karena kekaisaran Romawi runtuh. Bahwa kemusnahan kebudayaan Rmawi Yunani terjadi sesudah kekaisaran Romawi benar-benar hancur, tetapi bila disimpulkan bahwa kebudayaan Romawi Yunani hancur karena runtuhnya kekaisaran Romawi ini adalah cara bernalar Post hoc propter hoc.
Kekeliruan serupa dapat kita jumpai dalamkeyakinan yang tersebar secara luas bahwa bencana-bencana yang melanda dunia sejak tahun 1918 disebabkan oleh Perang Dunia. Di Inggris, dahulu orang berkeyakinan bahwa meningkatnya kemakmuran merupakan akibat pasti dari diberlakukanya Perdagangan Bebas. Sedankan di Jerman meningkatnya kemakmuran merupakan kejadian yang mengikuti kebijakan Bea Perlindungan.
Jelas, kekeliruan ini terjadi karena melihat peristiwa yang ada secara sepintas. Untuk menentukan bahwa suatu peristiwa itu merupakan sebab bagi peristiwa lainnya tidaklah sekedar menunjuk bahwa peristiwa pertama adalah sebab dari peristiwa yang kedua. Kita harus dapat menjelaskan secara cermat bahwa kedua peristiwa itu memang mempunyai hubungan yang pasti (necessary connection). Apabila peristiwa kedua tidak mempunyai hubungan relevan dan pasti dengan peristiwa pertama, maka bertentangan dengan hokum-hukum yang telah diketahui.[6]




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Dari berbagai macam uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:
Probabilitas adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa antara 0 s/d 1
2.      Macam- macam probabilitas ada dua yaitu: Probabilitas a priori yaitu probabilitas yang disusun berdasarkan perhitungan akal, bukan atas dasar pengalaman dan Probabilitas relative frekuensi, yaitu probabilitas yang disusun berdasarkan statistic atas fakta-fakta empiris
3.      Teori generalisasi dan kausalitas bersifat probabilitas, maka ilmu-ilmu tidak pernah memberi keterangan yang pasti tentang peristiwa-peristiwa. Teori ilmu memberikan kepada kita pengetahuan sebagai dasar kita mengambil keputusan

Kini dapat kita kumpulkankan kekeliruan-kekeliruan berfikir yang sedang terjadi. Secara garis besar kita telah mempelajari ilmu logika berarti secara teoritis sudah dapat menggunakan akal kecerdasan daripada sebelumnya. Namun ada baiknya bila kita mempelajari juga kesalahan-kesalahan berpikir yang mungkin dapat kita perbuat atau mungkin diperbuat orang lain kepada kita.
Sesat pikir (fallacia, Latin atau fallacy, Inggris) ialah kekeliruan penaralan yang disebabkan oleh pengambilan kesimpulan yang tidak sahih dengan melanggar ketentuan-ketentuan logika atau susunan dan penggunaan bahasa serta penekanan kata yang secara sengaja atau tidak, telah menyebabkan pertautan atau asoiasi gagasan tidak tepat. Biasanya, sesat pikir tidak dapat segera diketahui karena sepintas lalu, tampak seolah-olah benar tetapi sesungguhnya keliru. Jika pelaku sesat pikir itu tidak menyadari akan sesat pikir yang dilakukannya, hal itu disebut paralogisme. Namun  apabila sesat pikir itu dilakukan dengan sengaja untuk menyesatkan orang lain, disebut sofisme.
B.     Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah gunakanlah probabilitas ini untuk keperluan yang baik dan bermanfaat bagi diri sendiri atau orang banyak. Jangan sekali-kali menjadi musyrik dengan pengetahuan tentang probabilitas ini. Semua yang akan terjadi atau yang telah terjadi yakinlah itu semua telahdirencanakan oleh Allah SWT.




DAFTAR PUSTAKA
Shidik, Sapiudin. 2004. Diktat Perkuliahan Ilmu Mantiq (Logika). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Gramedia PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Syahrial Syarbaini, MA, Ph.D. FILSAFAT UMUM 1
Poedjawijatna. Logika Filsafat Berpikir. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002
Tiam Dahri Sunardji. Buku Ajar Langkah-Langkah Berpikir Logis. Pamekasan : Stain Pamekasan Press



[1] Gramedia PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Syahrial Syarbaini, MA, Ph.D. FILSAFAT UMUM 1

[2] Poedjawijatna. Logika Filsafat Berpikir. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002
[3] Tiam Dahri Sunardji. Buku Ajar Langkah-Langkah Berpikir Logis. Pamekasan : Stain Pamekasan Press

[4] Shidik, Sapiudin. 2004. Diktat Perkuliahan Ilmu Mantiq (Logika). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

[5] Poedjawijatna. Logika Filsafat Berpikir. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002

[6] Gramedia PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Syahrial Syarbaini, MA, Ph.D. FILSAFAT UMUM 1